Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan juga kau akan melihat dunia yang berbeda. Selapis kulit tabir saja yang membatasi kita. Tapi sungguh berkuasa. Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi ; hanya dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir saja. Membolak-balikan koin yang sama. Menyebrangi selapis kulit.
Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang bahkan dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, begitu katamu dulu. Sama seperti kita yang dibuat lupa saat menyebrangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana harus aku mencintaimu. Kau lebih seperti guru dan sahabat. Waktu kau tiba, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah tak pernah bertemu sebelumnya. Seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa seolah yang kusebut sebelumnya tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin dimana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus dirangkuh dan diterima.
(dee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar