menelusuri jalan sambil tertatih menahan lapar dan kehausan karena terik matahari yang begitu menyengat. Sambil menahan rasa lemas karena belum makan seharian atau mungkin sudah lebih dari yang kita bayangkan.
Pemandangan seperti itu kerapkali kita berfikir dan berdialog dalam hati, seandainya nasib seperti itu terjadi pada diri kita, tentu rasanya sama seperti apa yang meraka rasakan, karena nasib seperti itu juga menimpa pada saudara-saudara kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.
Fenomena itu sudah akrab didalam kehidupan kita, mereka banyak kita jumpai disudut-sudut sendi kehidupan, seperti kolong jembatan atau di pinggir bantaran kali. Pernahkah kita berfikir sekali lagi, seandainya nasib mereka terjadi pada diri kita. Tentu saja makna ini mengajak kita untuk membuka mata hati kita untuk lebih peduli terhadap sesama.Seperti makna yang terkandung dari ramadhan ini, sebagai bulan yang penuh berkah selain untuk beribadah juga mempunyai makna untuk lebuh peduli terhadap sesama.
Suritauladan dari ramadahan dapat kita petik dan menginflementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bisa merasakan susahnya menjadi orang miskin, dengan ikut merasakan lapar dan haus.Sementara terkadang kita lupa dengan apa yang telah Tuhan berikan, kelimpahan rejeki jabatan ataupun popularitas yang membuat kita sombong dimata Tuhan.
Dengan datangnya bulan suci ini, dapat kita petik agar kita tidak menyombongkan diri terhadap apa yang telah kita miliki, karena rizki yang Tuhan berikan kepada kita ada sebagian rizki untuk mereka yang harus kita berikan.
(sumber : http://eksposrakyat.net/2012/07/memahami-filosofi-ramadhan-2/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar