Malam dimaknai
oleh sebagian orang hanyalah waktu untuk melepaskan diri dari segala aktivitas
dihari siang, malam juga dikatakan sebagai ketakutan bagi mereka yang
mempercayai takhayul, dan lebihnya lagi malam adalah kegelapan yang hanya
sedikit dihargai.
Kala ia datang
semua manusia menutup pintu dan menetap diruang tamu atau ruang bersantai,
mencoba mencari siang dengan lampu-lampu listrik yang hanya menyala pada waktu
malam. Menghadapi sebuah kotak mesin yang berbentuk persegi yang didalamnya ada
gambar bergerak yaitu televisi. Yang mampu menggerakkan siapa saja yang
melihatnya. Hingga tercipta budaya dalam diri, lalu dibawa ke masyarakat.
Malam begitu
meleburkan dan menyenangkan dengan suasana berkumpul, selain itu malam juga
menyediakan tempat yang begitu indah bagi kita yang mau menikmati. Malam mampu
menyediakan hal-hal yang tidak ada di siang hari. Berbeda bahwa siang hari
lebih disibukkan dengan suara hiruh pikuk suara manusia bercampur dengan
suara-suara mesin. Belum lagi siang juga menawarkan panas yang sangat amat,
tentu itu juga olah tangan manusia. Hingga kembali lagi, rumah menjadi tempat
alternatif untuk bersinggah sejenak untuk mengusir panasnya matahari.
Malam mampu
meredup dan menawarkan suasana asri, menyejukkan dan begitu menyenangkan,
leluasa untuk berdamai dengan keadaan. Tempat untuk mengevaluasi apa yang
terjadi disiang hari, dan merencanakan aktivitas buat besok. Tapi malam sering
diabaikan banyak manusia yang hanya bersia-sia menikmati tanpa menghadirkan
makna didalamnya. Sungguh, malam merupakan tempat perenungan yang ampuh bagi mereka
yang mau merenungkan diri tentang diri sendiri dan barangkali orang lain bahkan
Tuhan.
Sunyi senyapnya
hadir untuk memanggil orang-orang yang mau merenung, agar malam tak begitu saja
dilewatkan. Mendamaikan pikiran yang lusuh dan kusut, mengobati duka lara yang
menghinggapi manusia. Dan kembali menata hidup yang selalu saja berantakan. Malam
itu adalah awal kita untuk menghadapi hari baru. Ia menyediakan ruang lebih.
Malam adalah
waktu yang selalu ditunggu, melepas semua lelah yang sangat amat, badan maupun
pikiran. Mengundang rindu pada orang-orang yang dicintai, mengenang masa lalu
agar dapat mengambil pelajaran, kemudian berusaha berkelana melalui buku bacaan
dan musik. Menghayal agar hati ini senang.
Lengang dan
tenang sekali rasanya menjalani hidup. Dan tak lupa kita harus memandang
orang-orang bawah yang sampai saat ini juga mereka setiap saat pada malam hari
selalu mengadu pada Tuhan, dan disiang hari mereka mengadu pada hidup yang apatis
dan pragmatis, tanpa peduli terhadap sesama. Orang bawahan kerap dipaksa oleh
kehidupan. Bagi mereka malam merupakan tempat beristirahat. Agar Tuhan mau
memperhatikan mereka.
Menjadi manusia
biasa akan lebih mengasyikkan, bukan biasa-biasa saja. Ada saja hal yang akan
membuat kita menjadi luar biasa. Bukan ditengah masyarakat, bukan ditengah
manusia. Hanya saja luar biasa dalam perjalanannya, menuju keluar dari dunia
sulap Tuhan. Dan malam lebih banyak menyediakan itu.