Memasuki hari ketiga acara Pentas Pers Mahasiswa Nasional (Paperman 2012) kembali dilaksanakan di Open Hall Walikota Banjarmasin, setelah panitia dan delegasi dimanjakan dengan berwisata redaksi menyusuri sungai, pasar terapung dan pulau kembang. Ini dirasa cukup untuk memupuk dan memompa kembali semangat panitia untuk melanjutkan acara yang cukup berat yakni Pasar Jurnalistik yang terdiri dari lomba mading 3 dimensi, lomba fotografi, parade band indie, dan bazar.
Malamnya nampak panitia kedatangan tamu istimewanya lagi, Defi perwakilan dari Perhimpunan Pers Mahasiswa Nasional Indonesia (PPMI Nasional) hadir demi ikut menyukseskan acara ini. Sekitar jam 10 malam habis dari tempat aku tinggal, aku dengan Arief langsung menuju wisma banjar menemui teman-teman panitia dan delegasi. Dan sebagaimana janji panitia, bahwa malam ini akan ada persentase laporan tulisan hasil wisata siang Jum’at.
Alhamdulillah habis shalat Jum’at aku langsung saja mengetik apa yang ada dikepalaku, di rasaku, dipenglihatanku dan keyakinanku. Dan al hasil 3 lembar coretanku tak terasa memenuhi halaman putih yang ada dilaptopku. Aku lega dan merasa tenang dan pede untuk nanti maju persentase dihadapan panitia dan delegasi. Sesampai di wisma aku langsung ke atas bergabung dengan Nelson dan Defi. “Defi dari PPMI,” Defi langsung menyudurkan tangan denganku. “Elhami dari Jurnal Kampus,” Balasku.
Kami langsung mengobrol akrab sambil menikmati malam dilantai dua itu. Banyak hal-hal yang dibicarakan, dan “Ka makanan dulu, nih dah siap,” Sikha koor acara mengejutkan kami yang sedang asyik mengobrol. “Oh iyaa taruh saja diatas lemari Sikha, makasih banyak,” Sikha sambil meletakkan makanan diatas lemari. Langsung saja makan, lauk malam itu daging panggang. “Ini daging panggang ya Elhami,” Tanya Nelson kepadaku. “Iyaa baru pertama yaa,” Kataku. “Ga rasanya manis saja,” Nelson mulai melahap nasinya.
Sampai jam 9an lewat, kami disuruh untuk turun ke aula karena ada persentase hasil wisata redaksi pagi itu. “Mas pembicaranya sudah datang, jadi dimohonkan untuk segera kebawah,” Sikha naik lagi untuk memberitahukan kami. “Oke habisin makanan dulu yaa,” Kata Nelson. Satu persatu pesonel-personel delegasi mulai lengkap. Malam ini akan menjadi seru ditengah teman-teman panitia dan delegasi. Aku semakin percaya diri dengan tulisanku ini, dan aku tak mau kalah dengan mereka. “Masa kalah dengan delegasi, harus mantap nanti persentasinya,” Ujar hatiku berbisik.
Ada yang masih mengetik, ada yang masing ngeprint, dan ada yang santai-santai saja, semua menanti-nanti siapa yang pertama maju, dengan raut muka tegang, kantuk, lelah, namun aura semangat makin terasa saat perserta mulai persentase. Moderator memilih KPM Jelaga Stimik untuk maju, kemudian LPM Sukma IAIN, UKM Jurnalistik Untirta, BEM Unpar Palangkaraya, dan terakhir aku mewakili teman-teman Jurnal Kampus.
Sampai giliranku terakhir, tak mematahkan semangatku untuk menyampaikan yang terbaik bagi teman-teman delegasi, terlebih panitia. Sebelumnya masukan, saran dan kritik bertubi-tubi disampaikan oleh Bang Edo yang datang dari Media Kalimantan. Aku tak sabar komentar apa yang akan diberikan oleh Bang Edo nanti.
Begitu aku disebut, aku langsung maju dengan tenang dan yakin. “Baik teman-teman sekalian, saya mewakili Jurnal Kampus akan menyampaikan tulisan yang saya tulis. Ini bukan sebuah berita, bukan sebuah laporan, tapi sebuah cerita yakni cerpen,” Aku memulai dengan mantap. Satu persatu aku bacakan dengan bahasaku sendiri, nampak aku lihat teman-teman sangat memperhatikan sambil tertawa. Mungkin baru tahu bahwa seorang Elhami bisa nulis cerpen. “Hehe,” Aku tertwa sendiri dalam hati. Dan sampai paragraf terakhir disinilah teman-teman bersiul kepadaku. “Hihihy..ehem..hahaha,” Teman-teman tertawa. “Hei ini kan cerpen jadi ada penambahan-penambahan,” Kataku mencari alasan.
Dengan bangga dan rasa puas aku kembali ketempat duduk dekat LPM Sukma. “Wooih tulisannya bagus,” Puji Saufi sambil menyalami aku. “Makasih,” kataku sambil tersenyum. Semua selesai, dan beban akhirnya hilang, kemudian keakraban menyatukan kami lagi walau sebagian yang kantuk, termasuk aku. Sambil berdiskusi kecil dan bercanda-canda yang tidak fokus dan kesana kemari makin menambah mataku mengantuk. Kadang temen-temen delegasi tertawa ria. Ah aku makin ngantuk. Aku langsung saja merebahkan badanku dengan nikmat, lama-lama dan semua tak terasa zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz. Aku tertidur dengan nyenyaknya.
Jam setengah 6 aku di bangunkan sesorang yang tak aku lihat dan langsung saja menghilang. Aku sontak terbangun. “Siapa yang bangunin aku yaa,” Langsung aku berkata dalam hati. “Kalau ga Nina, si Rosi,” Ah ga jadi masalah, yang penting aku bangun. Aku langsung menuju kran air untuk membasuh muka agar kantukku hilang, tak lupa aku ambil air wudhu untuk shalat Shubuh.
Rasanya segar sekali pagi ini, tenaga mulai terkumpul kembali menandakan siap untuk bertempur denga agenda di hari ketiga pas jurnalistik. Aku keluar didepan ruang tamu bergabung dengan delegasi menonton TV. Dengan memakai seragam kaos Paperman 2012, warna biru dan delegasi warna kuning menambah keren penampilan kami hari ini.
Lama menunggu aba-aba dari panitia tapi tak kunjung ada perintah juga, akhirnya aku langsung berangkat duluan dengan arief untuk membantu teman-teman panitia menyiapkan keperluan di halaman walikota. “Bang duluan nih, nanti aku tunggu kalian disana,” Kataku sambil mengambil helm. Sesampai di walikota, aku disuguhkan dengan banyak tenda. Ada perlombaan mading yang sepertinya sudah mulai, bazaar, dan panggung band yang tertata rapi.
Aku tertarik untuk bergabung dengan tenda yang berisi dengan sebuah karya yang nantinya berbentuk masing 3 dimensi. Aku nanya-nanya, melihat-lihat. Waah cuaca agak mulai panas tapi tak mnenyurutkan semangat manusia-manusia yang ada di situ. Hampir lama suara sanyup-sanyup sunyi tak ada, hanya suara-suara kecil yang ribut masing-masing. Ternyata band yang ditunggu belum mulai, akhirnya panitia lebih dulu memulai dan meyapa seluruh peserta lomba.
Ayin dan Karlina kembali diyakini menjadi pasangan yang serasi saat berduel dalam memandu sebuah acara. Peserta menjadi rusuh akibat didatangi oleh pasangan pembawa acara ini untuk sedikit bertanya-tanya. Yah sudah sedikit mulai rame kalau seperti ini.
Penonton sedikit demi sedikit mulai berdatangan, walau puntak diundang. “Bagi teman-teman yang ada diluar silahkan saja memasuki kedalam area karena acara ini free alias bebas,” Kata Ayin dan Karlina nampak semangat. Matahari mulai nampa diatas kepala tapi sempat tertutup malu oleh awan hujan berlalu. Syukur tak menimbulkan hujan yang berarti. Delegasi pun tak mau ketinggalan untuk melihat-lihat pasar jurnalistik ini.
“Selamat datang di pasar jurnalistik kami bang,” Kataku sambil menyalami delegasi. Nelson, Enjang, Defi dan temen-temen yang lain masuk menuju stand masing-masing mading sekedar bertanya dan melihat-lihat. Seperti biasa Nelson tak lupa membawa senjata pamungkasnya, handycam. Mereka wawancara denganku tentang agenda acara hari ini, Nelson sebagai kameraman, Enjang selaku reporter bertanya-tanya padaku. Dengan penuh semnagat aku jawan dan aku patahkan pertanyan-pertanyaan yang diajukan kepadaku.
Semua bebas, semua menikmati, semua bergembira hari ini, semua hampir kehilangan beban, semua akrab. Moment-moment pun banyak disambar oleh kilatan kamera digital.
Aku mulai terasa lelah, badanku pegal, ditambah panasnya hari. Aku bawa duduk setelah makan siang bersama. Aku mulai terasa lega. Huuuh. Nikmatnya.
Ahh kenapa aku jadi pengen mencari-mencari wajah manis itu untuk aku curi, yah mau gimana lagi. Aku langsung saja dengan jeli mencari mana wajah manis itu, dan aku berhasil mencuri beberapa kali, aku meliat-dia tak melihat, mungkin dia melihat-aku sengaja aku tak melihatnya.
Rasanya sudah cukup dan senang bisa melihat wajahnya. Ini semua gara-gara Paperman 2010 terulang kembali.
“Woooi jangan melamun, alaaah siang-siang ngelamun apa,” Aku kaget Nelson dan Defi menepuk pundakku. “Hedeh ngelamun dia lagi,” Pikirku. (*)
KARYA : MUHAMMAD ELHAMI
LPM – JURNAL KAMPUS FE UNLAM
BANJARMASIN, 25 MARET 2012
9 : 03 PM
BANJARMASIN, 25 MARET 2012
9 : 03 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar