Untukmu wahai perempuan yang berwajah anggun, siapa saja yang menyukai warna, warna yang cerah dan secerah wajahmu, manis dan sangat manis sekali. Aku tak pernah merasakan hal yang seperti ini, sebuah rasa yang entah darimana datangnya selalu saja hadir saat bersilang memadang dan lewat disamping persimpangan yang tak sengaja mapun sengaja. Tertunduk adalah kebiasaan kita berdua, dengan muka yang memelas menafsirkan apakah benci yang hadir, apakah malu yang tersirat ataukah kebahagiaan.
Benar-benar moment yang sangat aneh sekali, aku seperti kena setrum saat kau dulu mengangkat tanganmu untuk memperkenalkan diri. Saat itu aku langsung jatuh suka dan mencari-cari siapa dirimu. Dengan bersikap profesional dan disiplin membuat fostur tubuh yang ramping dan ideal sekali. Memakai jilbab yang seolah mahkota diwajahmu. Membuat semuanya nampak seperti bidadari yang turun dari langit.
Mampu menyihirku menjadi orang yang gelabakan dan tak karuan dalam menjalani segala aktifitas. Luar biasa sekali kau wahai wanita, aku tak pernah merasakan begini. Dan sampai saat ini siapa sih yang anggun dan manis, aku menjawab masih banyak darimu. Dan hatiku menjawan kau tetap termanis bagiku.
Kesalahan-kesalahan yang aku lakukan dulu mampu melegakan semuanya, dan aku mulai menata kembali segala aktifitas yang dulu berantakan karena kau. Dan akhirnya sampai sekarang dunia kita damai dan dingin tanpa sebuah suara, hanya ekspresi muka yang hadir saat kita hadir berhadapan, kemudian sebisa mungkin kita mengalihkan pandangan dan membuangnya. Hingga pada ujungnya kita hanya diam tak mau bersua.
Mengharapkanmu masih terpatri dihati, sekedar mengenang dan tak ingin melupakan. Apakah ini petanda belum saatnya, aku menunggu waktu yang pas untuk sebuah kejutan. Kau tealh banyak menginsirasi, dan kau inspirasi yang terindah wanita. Hei apakah dirimu memikirkannya juga. Aku rasa tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar