Jumat, 31 Agustus 2012

Menuju Hari Esok


Hei lihatlah didepamu
Panggilan yang menyelimuti akan membawamu
Menuju hari esok
Dibalik tujuan sesungguhnya
Kita kan rebut cahaya yang diselelimuti awan tebal
Hingga kini hari-hari kita terasa kurang
Dengan kecepatan penuh
Ayo kita hantam
Tembok setinggi apapun
Apapun yang dilakukan, tetaplah berantusias
Dorong caramu untuk membuka celah
Jawaban akan kau temukan
Sejauh apapun itu
Meski perasaan itu
Menunjukkan kelemahan
Suaramu yang terdengar dekat
Memberiku kekuatan dan keberanian
Dimanapun aku pergi berlari

(xRos Wars 2)

Belajar Dari Sejarah


Belajar dari sejarah, belajar dari masa lalu merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat untuk merumuskan sesuatu yang baru. Tiap jaman mempunyai realitas yag berbeda. Untuk itu kita harus selalu mencoba untuk melakukan evaluasi dari segala sesuatu yang pernah terjadi buat pers mahasiswa masa lalu dan mecoba melontarkan beberapa gagasan sehingga akhirnya pers mahasiswa indonesia kini dan akan datang dapat merumuskan sesuatu yang baru berdasarkan realitas yang berkembang dan hidup dengan maksud menatap suatu masa depan.

Harapan terhadap PPMI yakni pers mahasiswa harus hidup didunia BERPIKIR kita sebagai aktivis pers mahasiswa indonesia sesuai dengan potensi intelektual masing-masing. Dunia berpikir dan dunia intelektual bukanlah menara gading, asalkan selalu kondusif dengan situasi masyarakat dan setia pada penderitaan rakyat, negara dan semesta manusia. Semoga kita tidak bosan untuk selalu mengasah PPMI dengan pemikiran melalui pendekatan-pendekatan kritis dan futuristik. Dan bila kita memiliki ilmu dan teknologi, kitalah yang memiliki masa.

Dan senantiasa pers mahasiswa mampu memfungsikan secara arif konsepsi “Critism of what exist” yang memang terlanjur akrab dalam lingkungan intelektual kita. Semoga pers mahasiswa indonesia menjadi wahana polaritas, dimana kesatuan ataupun keanekaragaman dianggap sebagai kutub-kutub dari esensi yang sama, yang harus ada secara bersama.

“Pecahan jambangan dan cinta yang menyatukan keping-kepingnya adalah lebih kuat dari cinta yang menerima bagitu saja keadaannya. Ketika benda itu masih merupakan keseluruhan perekat yang menyatakan keping-keping itu adalah segel dari bentul aslinya”

(Derek Wolcott : penerima nobel kesusastraan 1993)

(sumber : http:/www.facebook.com/notes/gusan-green/sejarah-pers-mahasiswa)

Selasa, 14 Agustus 2012

SELAMAT IDUL FITRI 1433 H

 BAGI KAWAN-KAWAN PENGUNJUNG BLOG SAYA

TERIMA KASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA SELAMA INI

SEMOGA TULISAN-TULISAN YANG SAYA POST BERMANFAAT BAGI KAWAN-KAWAN

MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H

SAYA MENGUCAPKAN

MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

SEMOGA AMAL IBADAH KITA SELAMA INI DITERIMA OLEH ALLAH SWT

“MEMBACA, BERDISKUSI, MENULIS DAN SAMPAIKANLAH. KITA BOLEH PINTAR SETINGGI LANGIT, TAPI APABILA KITA TIDAK MENULIS MAKA KITA AKAN DILUPAKAN OLEH SEJARAH”

SALAM JABAT ERAT BAGI SEMUANYA

DAN NANTIKAN TULISAN-TULISAN SELANJUTNYA ^_^


Jumat, 10 Agustus 2012

Kebencian Dan Cinta


Kebencian dan cinta dua rasa yang menyelimuti hati dan pikiran manusia, menemani sepanjang perjalanan hidup, terkadang kebencian lebih ditampakkan, namun terkadang juga cinta yang ditampakkan. Semua situasi dan kondisi yang memaksa untuk mengeluarkan dua rasa itu. Bagi manusia yang berpikiran sampai disana dia mengatakan “aku benci dan cinta karena keadaan”. Adalagi ternyata keadaan itu bisa dikuasai oleh manusia itu sendiri. Bahwa jangan sampai keadaan yang semena-mena untuk mengeluarkan kedua rasa itu, hendaknya kita yang memilih mana yang akan kita keluarkan diantara dua rasa itu. Maka “kita lah yang merubah keadaan, bukan keadaan yang merubah kita.

level yang naik setingkat dibandingkan dengan pernyataan pertama. Namun tidak semua orang yang mampu mengendalikan keadaan disekitarnya, sehingga dia tidak dapat mengontrol dua rasa itu dalam dirinya. Hanya orang-orang yang lulus ujian kejujuran kepada dirinya sendiri yang mampu meleburkan keadaan dan mendamaikannya sehingga rasa benci dan cinta dapat kita kendalikan. Sebaliknya orang yang mampu mengendalikan keadaan akan semakin percaya diri dalam menjalani hidup walau sekeras apapun keadaan yang menimpa dirinya, rasa benci dan cinta akan dapat dia kontrol dengan baik. Maka akhirnya yang keluar adalah kejujuran, percaya diri, lembut, dan menerima dengan ikhlas.

“untuk mengalahkan rasa benci, peluklah dengan rasa percaya diri, kejujuran dan kelembutan hatimu sendiri” (naruto)

Kamis, 09 Agustus 2012

Kurang Disiplin



Kemampuan dalam memaksa diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang kita tahu seharusnya kita lakukan, entah kita menyukainya atau tidak. Itulah yang disebut dengan disiplin. Jangan terlena dengan nuansa santai. Dia akan melahapmu tanpa kamu sadari. Diam, namun mencekam. Tenang, tapi menghanyutkan.

Perlu kalian ketahui, keteledoranmu, keleletanmu, kekurang-disiplinannya kamu, membuat kamu menghabiskan waktu sia-sia untuk menunggu bicah tidak berguna sepertimu. Bagiku, MENUNGGU BUKAN PEKERJAAN YANG MEMBOSANKAN. Tapi, aktivitas yang menghambat terlaksananya aktivitas lain. Menghancurkan susunan agenda yang ada. Membuat kinerja orang-orang yang disekitar kalian tidak optimal. Karena harus menutupi black holl yang kalian buat. Yang lebih parahnya, penyakit itu kalian tularkan kepada orang-orang yang berusaha mengatur waktunya dengan baik. Penyakit yang kalian derita ini, bukan hanya mematikan kalian. Tapi, mematikan orang disekitar kalian.

Tidak alasan atas keterlambatan! Mencari-mencari alasan atas keterlambatanmu, sama saja dengan mengkoplekskan keteledoran. Semakin sering membuat alasan, berarti memupuk subur keterlambatan bin kekurangan dalam diri. Ia seperti penyakit yang mampu menghancurkan karir seseorang, ia seperti racun yang membuat seseorang melihat kerdil, kemudian dilabeli pemalas. TIDAK NYAMAN JIKA DATANG LEBIH AWAL. Fenomena ini disebabkan karena terlambat sudah mendarah daging dalam hidupnya. Orang-orang dengan kebiasaan ini tidak lagi mengenal KATA DISIPLIN. Ia telah terlalu terbiasa menjalankan rutinitasnya, YAITU TERLAMBAT. Layaknya sebuah penyakit kronis sekalipun, terlambat masih punya obat. Jika penderitanya memiliki tekad sekuat baja untuk merubahnya. Serta, mampu membagi waktu sedetail mungkin. Sehingga tidak  sedetikpun terlewatkan tanpa manfaat.

(diambil dari buku anomali – clash n’ rulla, hal 19-21)

Selasa, 07 Agustus 2012

Lukisan Teluk Awan

Awan yang berjalan membentuk teluk
Garis-garis samar seperti ulak yang memusar
Melukiskan kedalaman arus sungai
Seakan ada gita
Awan yang mengalir menyembunyikan musik, air dan kota
Gemuruhnya seperti kesayuan menadahkan kelembutan matahari senja
Ia menatap kearah jauhan
Samar tunas akar dan pohon pimping melambaikan daunnya pada cuaca
Lalu angin pada merdu
Bunyi suling yang bening
Sebening air telaga dan rimba
Lukisan teluk pada awan yang berjalan tampak datar dan manja
Nyaris seperti sketsa yang samar-samar mengalir kearah utara
Nyaris lukisan kenangan yang sempurna
Lekukan teluk dan suatu peristiwa

(percintaan angin)

Memahami filosofi Ramadhan


menelusuri jalan sambil tertatih menahan lapar dan kehausan karena terik matahari yang begitu menyengat. Sambil menahan rasa lemas karena belum makan seharian atau mungkin sudah lebih dari yang kita bayangkan.

Pemandangan seperti itu kerapkali kita berfikir dan berdialog dalam hati, seandainya nasib seperti itu terjadi pada diri kita, tentu rasanya sama seperti apa yang meraka rasakan, karena nasib seperti itu juga menimpa pada saudara-saudara kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.

Fenomena itu sudah akrab didalam kehidupan kita, mereka banyak kita jumpai disudut-sudut sendi kehidupan, seperti kolong jembatan atau di pinggir bantaran kali. Pernahkah kita berfikir sekali lagi, seandainya nasib mereka terjadi pada diri kita. Tentu saja makna ini mengajak kita untuk membuka mata hati kita untuk lebih peduli terhadap sesama.Seperti makna yang terkandung dari ramadhan ini, sebagai bulan yang penuh berkah selain untuk beribadah juga mempunyai makna untuk lebuh peduli terhadap sesama.

Suritauladan dari ramadahan dapat kita petik dan menginflementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bisa merasakan susahnya menjadi orang miskin, dengan ikut merasakan lapar dan haus.Sementara terkadang kita lupa dengan apa yang telah Tuhan berikan, kelimpahan rejeki jabatan ataupun popularitas yang membuat kita sombong dimata Tuhan.

Dengan datangnya bulan suci ini, dapat kita petik agar kita tidak menyombongkan diri terhadap apa yang telah kita miliki, karena rizki yang Tuhan berikan kepada kita ada sebagian rizki untuk mereka yang harus kita berikan.

(sumber : http://eksposrakyat.net/2012/07/memahami-filosofi-ramadhan-2/)

Jumat, 03 Agustus 2012

Nyatalah Hidup Itu Hanya Mengulang Tema


Kehidupan manusia didunia ini bertemakan dengan bakti atau pengabdian diri kepada sang pencipta, dari zaman dulu hingga zaman sekarang ini tema kehidupan itu tetap saja menjadi tema kehidupan manusia. Pengabdian banyak ditunjukkan dengan berbagai macam wajah dengan berbagi macam tujuan pula, maka telah jelaslah pengabdian menjadi dasar dalam kehidupan manusia. Dari hari kehari, waktu kewaktu dan hal kecil lainnya, selalu saja manusia lakukan berulang kali, yang berbeda hanya ruang dan waktu.

Hebatnya manusia tak pernah bosan untuk mengulang tema ini, dan sudah dijadikan takdir untuk menjadi sebuah kultur dalam perjalanannya. Pengulangan tema ini bukan tanpa tujuan yang jelas, ia akan selalu di ulang demi sebuah hasil yang memuaskan menurut hatinya dan keyakinannya. Ada sesuatu yang telah dijanjikan. Hanya ada dua pilihan baik dan buruk. Satu teman yang tak bisa dipisahkan dalam  kehidupan yakni kematian. Ia selalu bertolak belakang dan tak akan pernah akrab dan tak akan pernah bertemu keduanya. Kehidupan ada, maka kematian bersembunyi entah dimana dengan waktu yang telah ditentukan. Lalu kematian itu muncul maka kehidupan melarikan diri dan menghilang tanpa mau bertemu dengan kematian.

Kehidupan dan kematian setiap saat selalu mengulang dalam kehidupan manusia, ia akan selalu begitu, tak pernah akur. Hidup dan mati memberikan banyak arti bagi manusia. Kematian adalah mengevaluasi kehidupan, sedangkan kehidupan adalah memaknai sebuah kematian.

Kehidupan seperti huruf abjad yang dihitung dari awal hingga akhir dan kembali lagi ke awal kemudian hingga akhir. Kehidupan itu a, b, c, d. Diciptakan, dilahirkan, dihidupkan kemudian dimatikan. Kembali semua itu berulang dan terus berulang. Dengan pengabdian hidup dan mati dapat bermakna dan dimaknai. Jelas dalam hidup ini sadar atau tanpa disadari setiap hari manusia hanya mengulang tema hidup-mati ditengah-tengahnya pegabdian, inilah batas dengan adanya batasnya itulah kehidupan manusia dengan amat singkat ini sayang untuk tidak dimaknai.

Rabu, 01 Agustus 2012

Mungkin Suatu Saat


Apabila sekelumit dirimu itu mulai kesepian dan bosan
Ia akan berteriak-teriak ingin pulang
Dan kamu akan menjemputnya
Lalu membiarkan sejarah membentengi dirinya dengan tembok tebal
Yang tak lagi bisa ditembus
Atau mungkin
Ketika sebuah keajaiban mampu menguak kekeruhan ini
Jadilah ia semacam mercu suar kompas, bintang selatan
Yang menunjukkan jalan pulang bagi hatimu untuk
Pada akhirnya menemuiku
Aku, yang merasakan apa yang kau rasakan
Yang mendamba untuk mengalami
Aku, yang telah menuliskan surat-surat cinta kepadamu
Surat-surat yang tak pernah sampai

Buka Pikiran

Persma jurnal kampus saat ini mengalami pasang surut kawan, aku mengatakan ini tidaklah berlebihan, coba lihatlah kondisi kita sekarang, sepi dan sunyi, ini adalah permasalahan klasik aku rasa. Oh bukan sepertinya dulu memang persma jurnal kampus memang memiliki kejayaannya sendiri dengan seabrik kegiatannya. Ohh aku tak akan membahas kegiatan itu kawan.

Ini bukan permasalahan ini hanya goresan pikiran sang pecinta persma jurnal kampus. Setiap hari kondisi sepi ini semakin menjadi. Ada banyak timbul pertanyaan ada apa gerangan suasana persma jurnal kampus ini seperti ini?

Panjang sekali kalau aku ceritakan. Begini saja, ini semua kembali ke masing-masing individu kawan. Kita tak bisa menyalahkan siapa yang memimpin. Yang patut kita pertanyakan adalah apakah kita mencintai lembaga ini seperti mencintai diri kita sendiri, walaupun agaknya berlebihan aku rasa tidak kawan. Karena sesuatu itu apabila kita cinta maka kita akan melakukan apa saja untuknya. Rasa memiliki yang sangat kurang sekali. Apakah kita hanya mengandalkan intruksi, apakah kita hanya mengandalkan sebuah event baru bertemu. Cobalah sadar sedikit kawan.

Sekedar kumpul-kumpul santai pun tak bisa, bagaimana kalau kumpul-kumpul resminya. Padahal kumpul-kumpul itulah yang akan mengakrabkan kita semua.

Persma kita selalu saja berkutat dengan masalah interen, ironis sekali. Aku tak terlalu memikirkan itu lagi, karena permasalahan ini dapat diselesaikan apabilan kawan-kawan menyadari dan melakukannya. Menyesuaikan diri itu yang lebih penting. Memperbaiki kesalahan dan merubah adalah lebih baik. Karena ada hal yang lebih penting dari masalah interen itu kawan. Fungsi kita peran kita sebagai pers harus gereget kita jalankan. Walaupun  hanya segelintir orang saja yang melakukan, aku yakin itu akan menjadi sejarah bagi kami.

Jangan malu kalau kawan-kawan ingin bergabung, bukalah diri kita untuk menerima sesuatu. Ini lembaga kita, sekali lagi ini lembaga kita kawan, ayo lah aku, kamu dan kita adalah milik jurnal kampus. Siapa lagi kalau bukan kita yang menjalankan. Buka pikiran, sadarkan diri, dan lakukanlah.

Bergabungnya persma jurnal kampus kita dengan ppmi dk banjarmasin, dan sekaligus ppmi nasional menambahkan pengetahuan dan pengalaman bahwa kita sebagai insan pers harus melakukan gerakan, jangan hanya selalu berkutat dengan sistematis aturan yang ada dilembaga kita sehingga menimbulkan ketidakaktifan karena berbeda persepsi. Kaya anak kecil saja, memang penting namun apakah tidak bisa kita perbaiki?

Hadir gerakan hati dan mencerna bahwa ppmi adalah naungan kita bersama, aku menyadari seperti inikah persma yang sesungguhnya, ada sesuatu yang dikawal ada sesuatu yang diperjuangkan. Bukan untuk mencari pencitraan diri,
Dua hal yang aku inginkan bagi kawan-kawan “membaca dan menulislah” kalian akan tau semuanya.

Banjarmasin, 7 juni 2012