Senin, 30 Juli 2012

Cakrawala

Cakrawala yang bergerak jauh
Bahkan dua langit itu tak bisa menggambarkan hari esok
Sekelompok orang terdiam dan bahkan tak bisa bernafas
Sejak aku berjalan di bawah ini
Aku akan melupakan kesedihanku
Akan lebih baik bila aku menatap masa depan
Meskipun aku memutar apapun disekeliling musuhku
Aku masih merasakan cahaya yang mulai redup
Jika aku terlihat seperti itu
Dan aku bisa sejauh itu
Maka aku ingin bernafas
Sangat menyakitkan disini
Aku hanya melihat kegelapan
Menyelam tanpa cara mengapung
Aku ingin mencoba dan bernafas

Jumat, 27 Juli 2012

Saat kau tiba

Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan juga kau akan melihat dunia yang berbeda. Selapis kulit tabir saja yang membatasi kita. Tapi sungguh berkuasa. Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi ; hanya dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir saja. Membolak-balikan koin yang sama. Menyebrangi selapis kulit.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang bahkan dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, begitu katamu dulu. Sama seperti kita yang dibuat lupa saat menyebrangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.

Entah bagaimana harus aku mencintaimu. Kau lebih seperti guru dan sahabat. Waktu kau tiba, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah tak pernah bertemu sebelumnya. Seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa seolah yang kusebut sebelumnya tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin dimana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus dirangkuh dan diterima.

(dee)

Kamis, 26 Juli 2012

Sebuah Awal


Tak terasa perjalanan kepegurusan ppmi dk banjarmasin sudah sampai mukerkot alias musyawarah kerja kota, tanggal 28 juli 2012 merupakan keputusan utama program-program apa saja yang akan di eksekusikan kelapangan oleh kawan-kawan. Selama dua tahun kedepan ppmi dk banjarmasin akan selalu berbenah dan memperbaiki kondisi-kondisi yang tidak baik. Kalau dulu sekjend merasa dijadikan tumbal, namun keadaan sekarang tidak akan lagi seperti itu, sekjend yang sekarang adalah membangun, mengembangkan dan mempertahankan ppmi dk banjarmasin. Semoga...

Rekomendasi yang selalu digaungkan yakni perkuatan kultur antar lpm, begitu sangat pentingnya. Ppmi dk banjarmasin memang harus menjalin kultur dengan menjadi kapal barang dan tidak menafikan juga akan menjadi kapal perang. Ada ketakutan yang dirasakan oleh para pegiat lama di ppmi dk banjarmasin, ppmi ini akan menjadi kapal barang selamanya apabila tidak di coba menjadi kapal perang. Kita tidak akan pernah menjadi maju apabila tidak mencobanya dan melakukannya. Mencoba menjadi kapal perang adalah sebuah awal.

Maka diperlukan insan-insan yang konsisten dalam kepengurusan ppmi kedepan dalam perjalanannya, ia lebih ideal adalah orang-orang tua di lpm masing-masing untuk mengisi didalam sususnan kepengurusan. Sedangkan fakta yang ada lpm-lpm malah banyak mempunyai personel yang muda-muda alias angkatan muda. Dengan melihat kekuatan masing-masing lpm maka akan ditentukan gerak-gerik ppmi kedepan seperti apa.

Berkaitan dengan isu yang akan ppmi dk banjarmasin kawal selama dua kali pertemuan pra mukerkot sudah digelar,. Tujuannya adalah untuk mengkaji dan memperdalam isu-isu yang ditawarkan oleh masing-masing lpm, guna untuk meminimalisir pembahasan yang panjang di mukerkot nanti dan untuk memberikan terlebih dahulu pengetahuan-pengetahuan tentang isu-isu tersebut agar tidak kaku saat pembahasan di mukerkot oleh pengurusan dan anggota. Isu apa saja cocok akan kita kawal kedepan, tapi kembali lagi kepada power organisasi apakah memiliki kekuatan untuk mengawal isu yang dirasa berat. Nah ini menjadi pertembangan semua.

Jalan tengah adalah jalan alternatif bagi ppmi dk banjarmasin. Isu berat namun power organisasi masih membangun dirasa akan sangat memberatkan, sedangkan isu mudah, ditakutkan organisasi ini akan lambat berkembang. Maka isu yang dirasa sedang tidak berat dan tidak ringan adalah jalan alternatif untuk ppmi dk banjarmasin untuk mengawal isunya. Tantangan dan memaksimalkan power organisasi akan dirasa sangat mudah. Yang lebih penting adalah penguasaan pengetahuan tentang isu-isu tersebut. Belajar harus ditingkat oleh kawan-kawan pengurus.
Kita yakin kedepan ppmi dk banjarmasin akan selalu me
ngembangkan sayapnya dengan menghadapi berbagai macam persoalan-persoalan yang belum kita ketahui kedepan. Disadari atau tidak kedepan akan semakin berat dan akan semakin melelahkan.

Salam persma....

Senin, 23 Juli 2012

Bocah Dicelah Hujan


Di celah-celah hujan
Dia terus berjalan
Menerobos dengan badan menggigil
***
Di celah-celah hujan
Ia berlari mencari naungan
***
Tangan kurusnya menggenggam logam ratusan
Hasil menjual suara juga air siang tadi
***
Setiap hari rupiah demi rupiah ia jemput
Demi mengisi atau hanya sekedar mengganjal perut
Tak peduli setiap kata kasar terucap
Setiap cerca yang mendera
Menusuk telinga
Mengoyak dirinya yang sebatang kara
***
Ia hanya tak ingin mati terlalu pagi
Ia hanya ingin menyambung sisa-sisa nyawa
Yang entah berapa kali hampir terputus
Bocah itu terlalu belia untuk menderita
Bergelut dengan aspal, juga asap-asap beracun kendaraan
Yang menyesakkan dada, menghitamkan paru-parunya
***
Bahkan ia tak tau siapa orang tuanya
“Dik masuklah kita minum susu di dalam
Mulai hari ini aku lah ayahmu
Dan istriku dia lah ibumu”

Rabu, 18 Juli 2012

Yang Terjadi Dlm Hidup, Itu lah Kebutuhan


Tampuk kepengurusan perhimpunan pers mahasisiwa indonesia dewan kota banjarmasin kini mengalami metamoforsis, tapi metamoforsis yang seperti apa yang akan terjadi, semoga saja berubah seperti apa yang diharapkan. Sebenarnya aku sudah merasakan bahwa aku akan mengambil tanggungjawab yang sangat besar ini, melanjutkan dan menjadikan wadah ini sebagai pengrajut kebersamaan pers mahasiswa di kalimantan. Aku bahkan terdiam dan mencoba melihat kembali apa yang aku alami selama ini, ini adalah sebuah peningkatan yang signifikan terhadap diri dan hidupku. Pepatah mengatakan “semakin tinggi pohon maka akan semakin besar terpaan angin yang menerpanya” aku sadar. Tapi itulah hidup, sangat naif sekali kalau aku menghindar atau pun menulak sunnah alam ini. Karena aku mengetahui maka aku tidak akan takut.

Yang aku pentingkan sekarang ini adalah bukan nilai atau hasil akhir, namun aku akan selalu mencoba menghargai setiap proses yang aku jalani, proses itu lebih penting bagiku, proses akan mengajarkan semuannya, proses yang akan menjadikan pengalaman. Aku hanya berbekal keyakinan itu untuk menerima kepemimpinan ini. Aku yakin teman-teman tidak akan meninggalkanku, yang ada hanya menguji aku kalau pun itu teman-teman tidak ada.

Dengan semua kemampuan yang aku punya, kapasitas yang selama ini aku miliki dibantu oleh tuhan, ohh tuhan begitu adil dia mahatau apa yang aku butuhkan dan bukan apa yang aku inginkan, apa yang aku miliki sekarang inilah kebutuhanku, walaupun banyak keinginan. Kemudian loyalitas yang selama ini aku punyai, akan selalu aku pegang dan aku ikat dengan kesadaran diri, jangan tanya loyalitas aku seperti apa, cukup dilihat saja. Aku selalu mencoba apa yang aku ucapkan, aku ingat, aku pegang dan aku laksanakan sebaik mungkin. Semua kelebihan ini akan aku bawa dengan proses-proses yang lakukan, agar aku menjadi apa yang aku butuhkan.

Tim yang solid yang berbalut dalam kesederhaan yang selama ini aku alami, kesederhanaan telah banyak mengajarkanku untuk tidak sungkan, untuk tidak kaku, begitu mencair sekali, dan begitu akrab, sungguh indah sekali kesederhanaan ini. Lahir setiap saat lelucun yang membuat semua orang ketawa setiap waktu, yang pada akhirnya aku terbawa-bawa suasana ini, walaupun tampang ku tak lucu sepertinya. Sadar atau tidak lelucun inilah sebagin yang merekatkan kita semua. Membuat suasana betah.

Dengan candaannya yang khas, dan aku ingin suasana baru bagaimana kalau tanpa kalian. Apakah ada lelucun ini lagi, apakah ada tertawa lagi, apakah ada diskusi kecil-kecilan nanti. Begitu banyak pertanyaan yang bergelut diotak ini. Tapi apakah perkumpulan kita harus bergantung dengan mereka, aku rasa tidak. Kita akan mampu menciptakan suasana yang baru lagi, aku yakin itu. Nanti akan banyak datang suasana baru itu. Orang-orang baru, perkumpulan baru, tentu akan harapan  baru buat perhimpunan ini.

Aku tak terlalu banyak merenungi ini semua, jalani saja dan temukan rumus-rumus disetiap makna kejadian yang aku alami ini. Yakin saja kawan

“hari ini harus menjadi lebih baik dari esok”

Senin, 16 Juli 2012

Surat Yang Tak Pernah Sampai

kamu takut
kamu takut karena kamu ingin jujur
dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai ragu
dialah bagian terbesar dalam hidupmu
tetapi kamu cemas “sejarah” mulai menggantung hati-hati diatas sana
sejarah kalian
konsep itu menakutkan sekali
sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia
tetapi tidak lagi melekat utuh pada realitas
sejarah seperti awan yang tampak padat
tetapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh
skenario perjalanan kalian mengharuskanmu
untuk sering menyejarahkannya, merekamnya, lalu memainkannya
ulang dikepalamu sebagai kekasih impian, tujuan dan inspirasi
bagi segala mahakarya yang termuntahkan ke dunia
sementara dalam sekian detik yang berjalan
kalian seperti musafir yang tersesat dipadang
berjalan dengan kompas masing-masing
tanpa ada usaha untuk saling mencocokkan
sesekali kalian bertemu
berusaha untuk toleransi atas nama keadaan yang tak boleh sia-sia
kamu sudah membayar mahal perjalanan ini
kamu pertaruhkan segalanya demi apa yang kamu rasa benar
dan mencintainya adalah kebenaran tertinggimu

Sabtu, 07 Juli 2012

Menunggu Kematian


Hidup berbatas dari kelahiran sampai kematian
Hidup setelah kematian menjadi awal yang tidak memiliki
Akhir lagi. Jiwa satu-satunya saksi pengorbanan kehidupan
Dunia dan pemegang jalannya. Kehidupan setelah kematian
---------------------------------------------------------
Tuhan hanya menunggu hasil saja, tidak melihat awal yang
Baik atau buruk. Sudah tidak ada kemauan tuhan untuk
Memperbaiki kehidupan manusia, tidak ada usaha
Manusia untuk menyentuh Tuhan demi perbaikan
Kehidupan manusia. Manusia hanya memikirkan dirinya
Sendiri, tidak ingin melihat tuhan sebagai awal
Kehidupannya dan mencari alasan terbaik untuk
Kemenangan yang tidak ada
-------------------------------------------------------------
Tidak ada jawaban diatas jawaban palsu atas jawaban
Sebenarnya. Yang ada hanya pertanyaan yang mustahil
Untuk dijawab dan tidak pantas untuk dipertanyakan.
Hidup adalah sebuah perjalanan yang berbentuk angka
1, 2, 3 dan 4. Satu adalah kelahiran, dua untuk kehidupan,
Tiga adalah kematian dan empat menjadi akhir dari
Segalanya atau kehidupan lain. Angka empat akan
Terlihat bersih apabila angka dua dipenuhi dengan
Kebaikan. Apabila angka dua begitu kotor dan najis, maka
Angka empat akan penuh dengan penyiksaan.
-----------------------------------------------------------

Tetapi, kehidupan adalah sebuah perjalanan
Yang terselimuti permainan Tuhan

Jumat, 06 Juli 2012

3 Hari di Sungai Turak


Pulang kerumah sendiri bukan berarti plong, hanya sementara dan hanya melepas segelimit kengen  kepada kampung dan seluruh isinya. Melihat berbagai perubahan hingga saat ini. Kepulanganku tak lebih hanya mengisi bak yang tumpah dengan rasa kengen kepada keluarga dan rumah, rumah yang selamanya akan aku tuju bila kembali dari sebuah mimpi dan harapan yang aku jalani di banua orang. Rumah ini adalah normalitas bilamana semuanya telah lelah untuk mengerjar, berharap dan melepas asa. Mengadu kepada orang-orang yang menyanyangi, kemudian menangis dan menjadi ruang hampa.

Sebenarnya aku masih kurang betah dirumah ini, aku ingin berkeliling entah kemana untuk melupakan dan melepas diri sesuka hati. Melepas bukan berarti bebas ada ikatan yang terjalin dihati dan dipikiran bahkan didalam jiwa raga ini. Kembali adalah melepas rindu. Aku hanya berlari untuk mengejar takdir walau takdir itu sudah memiliki garis, bukan berarti tidak bisa dirubah. Semua menjadi permainan yang indah dihadapan mata. Hidup senang dan susah adalah permainan Tuhan, namun manusia begitu tidak merasakan.

Kembali kesini sama saja kembali untuk diam dan merasakan masa lalu, mengingat tempat-tempat yang bersejarah hingga aku seperti ini. Tak banyak yang bisa aku perbuat, menahan diri adalah yang aku lakukan. Aku tidak lagi ke sawah, aku tidak lagi berteman. Aku hanya dirumah untuk membaca dan menulis dalam ruang yang pagi-pagi sudah menjadi gelap

Setelah makan, beraktifitas sementara adalah pengobat bosan dengan kesunyian, hanya seperti itu-itu saja, tapi semua bisa bertahan dan memiliki arti. Walaupun hidup hanya seperti ini saja. Bersyukurlah yang mampu membuatnya bertahan.

Aku belum mampu memberikan banyak arti di kehidupan ini, hanya secuil yang aku dapatkan sehingga aku menjadi seperti sekarang. Makan selalu disediakan seperti dulu kala. Aku dianggap istimewa, karena akulah harapan, akulah satu-satunya harapan untuk rumah ini, harapan untuk bisa merubah semuanya agar dihari depan semua bisa khusuk beribadah.

Malam Nisfu Dikampungku

Ritual sakral yang sampai saat ini aku tak terlalu mengetahui dari mana asal-usulnya, tapi aku sedikit mendapatkan bahwa ritual ini ada dijelaskan dibuku ar-risalah, disebutkan bahwa pada malam nisfu sa’ban disunnatkan membaca surah yasin sebanyak 3 kali dengan niat masing-masing 1. Disehatkan badan dan dipanjangkan umur, 2. Mendapatkan rezeki yang banyak dan halal tetapi berkah, 3. Dan ditetapkan iman selama hidup didunia. Aku rasa niat ini sudah mewakili sebuah kehidupan yang luas ini untuk dijalani atau bahkan sudah kita jalani dan saat ini sedang berjalan.

Setiap tahun, selama 20 tahunan lebih aku selalu mengikuti ritual ini. Di langgar kesayangan orang-orang kampung. Dengan wajah-wajah tua dan anak-anak yang silih berganti. Semuanya megingatkan aku pada masa lalu, yaa masa lalu yang itu-itu saja namun sangat memberikan arti bagiku. Semua tak berubah, semua masih hampir sama dari dulu. Yang berubah hanyalah materi manusia disini sudah mulai tua, anak-anak disini baru-baru, dan lingkungan disini juga sudah mulai melihatkan perubahannya.

Langgar yang bernama Nurul Huda sudah mulai dipadati oleh masyarakat kampung semua berkumpul, untuk melaksanakan ritual sakral ini sudah sangat melekat sekali dihati orang-orang kampung disini. Anak-anak hiruh pikuk, dan orang tua memakai sarung lengkap dengan pakaian muslimnya. Air dengan berbagai gelas disuguhkan dimuka imam guna untuk mengambil berkah dari bacaan yang akan dibaca bersama nanti. Tak ketinggalan nasi kuning khas diantar sebelum magrib dirumah salah satu warga untuk dihidangkan apabila ritual ini sudah selesai.

Diawali dengan shalat magrib berjamaah langgar ini padat dengan manusia. Ritual akan segera dimulai. Ritual sembahyang sunat namanya. Sebutan sembahyang ini adalah sembahyang mutlak atau sembahyang sunat sebanyak 3 kali dan diakhirnya membaca surah yasin sebanyak 3 kali pula dengan menselipkan niat yang 3 tadi. Selesai dilanjutkan lagi dengan shalat taubat, shalat memelihara iman, dan shalat tasbih. Terakhr shalat isya. Dengan shalat isya maka berakhir sudah ritual malam nisfu sa’ban ini. Makan bersama menjadi pelega semuanya manakala dirasa lelah. Kebersamaan kembali rekat dan lagi-lagi suasana ini mengingatkanku akan masa lalu. Sepertinya aku tak terlalu bertahan lama disini. Masih banyak hal yang harus aku lakukan lagi diluar sana.

Berharap semua doa yang dipajatkan akan terkabulkan ditahun ini dimalam ini. Untuk menyungsung bulan agung yakni bulan ramadhan..

Besok puasa sunat kembali akan dilaksanakan sebagai pelengkap ritual malam nisfu, sebagai penghormatan akan bulan ini salah satu bulan yang diistimewakan oleh Allah.

Yang jadi pertanyaan apakah aku akan tetap seperti ini saja? Tentu aku akan terus mencari...ritual dan asyik dengan pekerjaan itu saja sudah cukup bagi masyarakat disini. Peka terhadap sesuatu adalah hal yang tabu, kecuali anak-anak mereka yang dididik dilembaga pendidikan itupun belum menjamin. Menerima dan menjalani kenyataan hidup seperti ini ya sudahlah seperti ini apa adanya. Kultur yang masih sangat sederhana sekali. Sedangkan akan perlaha-lahan akan berubah dan tidak akan merubah kultur yang ada didesaku ini. Aku sendirilah yang berubah kultur, namun semuanya akan berdampak dikampung ini.

Pagi Hari Disawah

Setelah shalat shubuh berjamaah, sebenarnya sudah aku rencanakan dihari sebelumnya aku akan jalan-jalan mengunjungi sawah-sawah yag ada dibelakang rumahku dan dibelakang rumah orang. Dengan jalan setapak agak luas, sepertinya jalan ini baru yag menghubungkan dengan sebuah jembatan kayu ulin yang lumayan agak panjang. Semua orang pulang ke masing-masing rumah, aku langsung berbelok tanpa menghiraukan orang lain. Pagi ini masih jam 6, baik sekali untuk kesehatan badan terutama udara yang bersih. Jarang-jarang pagi-pagi aku kesawah kalau tidak pulang kampung seperti ini.

Matahari dengan cahaya purnamanya masih bersinar dengan indahnya, bintang besar dan kecil masih terlihat nampak ditambah denga awan yang masih enggan untuk muncul, seolah-olah ingin menunjukkan kecantikan langit pada hari ini. Langit bersih itulah kesimpulanku, namun ini adalah pertanda bahwa hari ini akan sangat panas sekali. Aku berjalan sambil menghirup udara segar ini, sambil menoleh-noleh kesana kemari, semua ini mengingatkanku pada masa aku masih diam dikampung ini beberapa tahun yang lalu. Sawah adalah mata pencaharian utama bagi warga pendudukku dikampung ini, aku sudah lama tidak menyentuh padi, menyentuh tanah becek, ikut menanamnya, sampai masak dan akhirnya benih tersebut sampai kerumah. Proses ini sudah lama aku tinggalkan. Jujur aku kangen dengan semua ini. Bagiku mengenang itu melegakan, aku suka mengenang dan akupun suka memberikan kenangan. Sawah ini telah mengais-ngais semua kenanganku disini. Aku menghamparkan harapan, keinginna dan cita-cita dipadang yang luas ini, agar nanti tumbuh benih-benihnya yang siapa aku petik.

Semua masih menyaksikanku, hamparan hijau benih yang baru ditanam, disini dengan cahaya purnama dan bintang-bintang, dan matahari masih malu-malu menampakkan diri hanya merah yang keluar. Aku berjanji pada diriku sendiri aku akan selalu mengenang semua apa yang terjadi dalam hidupku ini.

Sore Hari Dikampungku

sore ini sangat mencerahkan sekali karena bawaan siang yang cerah dan panas sehingga berdampak terhadap sore hari ini. Kebiasaan-kebiasaan yang dari dulu hingga sekarang tetap saja ada seperti terpelihara oleh waktu walau generasi-generasi mulai bergantian, selama orang tua masih ada maka akan tetap ada kebiasaan itu. Duduk diteras rumah, berkendaraan sambil membawa anak, sekedar mencari angin, menunggu waktu magrib tiba dan menunggu buka puasa. Ini sebagian kebiasaan yang ada dikampungku.

Akupun tidak terlalu memperduikan, karena aku sendiri tak pernah jalan-jalan lagi selama ini. Diam dirumah dimuka teras rumah aku rasa sudah cukup untuk melihat orang-orang yang lalu lalang, yang sepertinya hanya pamer sesuatu yang tidak aku punya selama ini dan sampai saat ini. Meski malu, iri dan sampai kapan aku bisa mempunyai sesuatu itu.

Yang aku pikirkan sekarang adalah pendidikan, yaa pendidikan bagiku segala-galanya saat ini untuk menghadapi takdir yang lebih kejam lagi. Karena pendidikan aku bisa memahami kondisi yang semakin carut marut, harta bagi sebagian orang dijadikan oreintasi hidup, namun kita tidak bisa mengelak bahwa itu juga perlu. Aku hanya melakukan harta agar mencari aku, bukan aku yang mencari harta. Pendidikan kuncinya. Jadi sore hari ini mengajarkan itu semua.