Senin, 30 April 2012

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang bahkan dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang bahkan dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan.


Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan juga kau akan melihat dunia yang berbeda. Selapis kulit tabir saja yang membatasi kita. Tapi sungguh berkuasa. Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi ; hanya dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir saja. Membolak-balikan koin yang sama. Menyebrangi selapis kulit.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang bahkan dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, begitu katamu dulu. Sama seperti kita yang dibut lupa saat menyebrangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.

Entah bagaimana harus aku mencintaimu. Kau lebih seperti guru dan sahabat. Waktu kau tiba, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah tak pernah bertemu sebelumnya. Seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa seolah yang kusebut sebelumnya tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin dimana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus dirangkuh dan diterima.

(dee)

Buku-ku Teman-ku


Oleh : Muhammad Elhami
Aku menkmati sekali hidupku yang sekarang ini walau berbagai kesumpekan selalu menghadiri dan terkadang sangat menyebalkan sekali, membuat aktifitas yang aku rancang sedemikian rupa mungkin menjadi kacau dan semua tak beraturan. Saat aku dilanda begini, dilanda kepuyengan yang aku rasa hanya hal-hal kecil, tapi tak bisa aku anggap remeh-temeh. Mencari dan menyemangati diri bukan perkara yang mudah. Banyak orang selalu terbawa oleh keadaan, keadaan membuat dirinya mengalir.

Sesungguhnya aku itu selalu sendiri ditempat keramaian, sendiri dengan diriku sendiri, tanpa orang lain mengetahui,  kadang apa yang aku pikirkan? Dosa dan kematian. Dosa selalu hadir dan selalu bertambah dalam hidupku ini. Sedangkan kematian, aku sering bertanya-tanya, kapan kematian itu datang menghapiriku?.....

Pertanyaan-pertanyaan yang sangat rumit sekali dan sangat dekat sekali, kali berlalu dunia selalu melupakannya. Melupakan untuk memikirkannya. Kalau begini aku harus mencari sesuatu agar selalu ingat akan hal ini. Sudah lupakan sejenak.

Faktor orang lain itu hanya sedemikian persen saja bisa membuat diri menjadi semangat, diri sendirilah yang paling berperan untuk menyemangati diri sendiri. Ini lah yang aku alami dan aku rasakan. Saat semua menjadi kacau, berantakan, aku bergegas mencari tempat dan sesuatu agar semangat ini kembali  tenang, senang, damai dan bersahaja.

Lantas aku lari kemana? Benda mati yang didalamnya dapat membuka, membawa aku kedalam dunia luar sana, bahkan dapat menembus langit, bumi dalam alam akhirat. Dialah BUKU menjadi sahabat setiaku saat ini, dengan buku aku bisa berdamai dengan keadaan. Aku bisa mengenal siapa saja. Inilah jalanku untuk memberi semangat untuk diriku sendiri. Diriku yang selalu membawa kontroversi dimanapun aku berada.

Jumat, 27 April 2012

Tugas Mahasiswa bukan Hanya Kuliah!


Politik layaknya air kopi, pahit namun nikmat dan diramu dengan kemahiran demi mencapai kemakmuran. Dimulai dari seluk beluk kepahitan, kebebasan dikekang, tanpa bisa berkoar menyuarakan keadilan. Nampaknya keadaan tersebut sesuai dengan kondisi mahasiswa Orde Baru yang seakan vakum dalam kegiatan oposisi.

Salah satu gerakan mahasiswa tersebut adalah kritikan terhadap pemerintah mengenai strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional pada tahun 1977-1978. Ternyata kegiatan tersebut menjadi pemicu penyerbuan dan pendudukan militer terhadap kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia.

Praktek restruktuisasi politik menjadi langkah yang ditempuh bapak pembangunan dengan menghapus Dewan Mahasiswa (DM) dan mengeluarkan SK Kopkamtib No Skep 02/kopkam/1978 dan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) demi membungkam kebebasan mahasiswa yang bergerak mengikuti nalar intelektualitasnya. Namun puncaknya, pada tahun 1998, persatuan mahasiswa berhasil menggulingkan rezim Orde Baru dengan libasan bertubi tanpa ampun. Raga dan ruh perjuangan menyatu demi keadilan yang sesungguhnya. Sehingga era reformasi telah digenggam dengan mulus. Sejak saat itu, mahasiswa semakin menunjukkan taringnya yang mencabik segala keputusan pemerintah yang merugikan.

Mahasiswa acapkali dianalogikan sebagai agent of change, yaitu kumpulan pemuda pencetus perubahan yang seringkali bertindak oposisi terhadap rezim yang berkuasa. Pemilik paradigma idealis yang berpikir demi pengabdian dalam masyarakat, itulah mahasiswa. Mahasiswa juga dianggap sebagai pelopor runtuhnya kekuasaan perenggut kebebasan. Sehingga banyak kalangan yang menganggap bahwa mahasiswa merupakan ancaman terhadap suatu golongan. Maka dibutuhkan pemikiran cerdas dan pengawasan dalam melakukan suatu tindakan. Mahasiswa harus tetap berpikir idealis, tanpa dipengaruhi kepentingan politik nasional tertentu.

Lalu bagaimana dengan politik kampus? Apakah ternoda layaknya dunia perpolitikan nasional? Hakikatnya, mahasiswa dan politik terpatri bagai benang kusut, sulit dipisahkan, namun tidak seratus persen menyatu. Secara tidak langsung kehidupan politik nasional membawa pengaruh besar pada kancah perpolitikan kampus. Kepemerintahan nasional acapkali sama dengan sistem kepemerintahan kampus. Sebab itu, mahasiswa selaku aktivis diharapkan menjadi pelopor perubahan yang berperan dalam pengawasan, pengabdian, serta menyuguhkan perilaku positif demi kelangsungan sistem kemasyarakatan kampus.

Peran mahasiswa sebagai pengawas berbagai kebijakan pemerintah dapat direalisasikan dengan cara pembentukkan organisasi atau aliansi yang berperan aktif dalam mengawasi dan menakar ada tidaknya keputusan yang bersifat merugikan rakyat. Oleh karena itu harapan besar membuncah tinggi pada setiap individu terhadap sepak terjang mahasiswa dalam mengusung perubahan yang lebih baik.

Namun bila kita amati, tidak semua penghuni kampus berinisiatif mendalangi lakon politik dengan memasuki salah satu partai, dan bermain adegan di sana. Terdapat mahasiswa praktisi intelektual akademisi yang berpola pikir anti politik dan anti aliansi. Padahal suatu kegiatan politik atau aliansi pun diperlukan dalam mengembangkan kecerdasan pemikiran serta menjaring sebanyaknya ilmu yang tidak didapatkan pada forum perkuliahan. Sikap apatis mereka cenderung mengaliensi diri dari hiruk pikuk hegemoni, memandang sambil mengernyitkan dahi terhadap apa itu tindakan oposisi.

Bila kita maknai lebih dalam, kontribusi kita terhadap kancah perpolitikan sebenarnya diperlukan dalam menempatkan diri terhadap kehidupan sesungguhnya. Seorang individu tidak hanya dapat dikatakan sukses apabila dia hanya mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi, namun juga kepiawaian olah diri dalam membawakan kepribadian yang dapat membaur pada lingkungan sekitar juga dinilai penting.

Seluk beluk perpolitikan dalam ranah kampus memang belum dipahami secara merata oleh mayoritas mahasiswa, padahal kampus merupakan pusat intelektualitas, tempat pengembangan ranah pemikiran dan tindakan. Tidak hanya berharap IPK tinggi, namun dapat pula berkontribusi dan ikut andil terhadap pemecahan masalah di negeri ini. Lalu, apa pula yang menyebabkan mahasiswa cenderung apatis terhadap kegiatan baik perpolitikan maupun organisasi? Terdapat dua asumsi yang dinilai menjadi tembok besar penghalang mahasiswa untuk aktif di ranah kampus.

Pertama, takut akan suatu hal yang baru. Lingkungan universitas kadang membuat tercengang bagi mata yang baru melihatnya. Bila dahulu hanya berada dalam lingkup sekolah, kini dibuat heran dan ternganga dengan banyaknya organisasi hingga adanya sistem perpolitikan yang merupakan duplikat politik nasional. Di sini selayaknya kita sebagai mahasiswa selayaknya memiliki keingintahuan tinggi terhadap suatu organisasi kampus, tidak apatis dan harus berani mencoba.

Kedua, paradigma IPK besar tanda kesuksesan. Sebagian mahasiswa cenderung berlomba demi meraih prestasi di atas bangku perkuliahan dengan harapan dapat memetik kesuksesan. Mereka berasumsi akan mudah menduduki jabatan pada pekerjaan apabila mengantongi IPK tinggi. Namun alangkah baiknya bila di samping itu, terdapat pula kontribusi dan keaktifan di sela aktifitas perkuliahan. Tidak sedikit para aktifis kampus yang dengan mudah mengenyam kesuksesan, dan banyak pula para pemilik IPK tinggi yang terpuruk akibat menganggur.

Mahasiswa sebagai agent of change selayaknya tidak menjadi mahasiswa yang apatis, mencari ilmu tidak hanya terpaku pada petuah dosen dan IPK tinggi. Carilah ilmu layaknya orang yang kehausan di padang pasir, ketika terlihat air, ditelan habis sampai ke sumbernya.

(sumber : http://blog.um.ac.id/msonhajiakbar/2012/03/26/tugas-mahasiswa-bukan-hanya-kuliah/)


Kamis, 26 April 2012

Wajah Telaga


Wajah telaga tak pernah berdusta
Ia bergetar saat udara halus menyapu mukanya
Ia berteriak saat angin lincah mengajaknya menari
Ia tak menghindar dari undangan alam tempatnya menghampar
Menghadap awan yang menunggu sabar
Dini hari datang untuk keduanya bertemu
Ia membeku saat langit memecah menjadi miliaran kristal putih
Ia mencair saat matahari kembali di angkasa tanpa serpih
Ia tak bersembunyi dari perubahan gejolak hati
Menanti awan yang berubah tak pasti
Hingga pagi datang
Dan keduanya berpulang pada kejujuran
Izinkan wajahku menjadi wajah telaga
Merona saat disulut cinta
Menangis saat batih kehilangan kata
Memerah saat dihinggapi amarah
Menggurat saat digores waktu
Izinkan wajahku bersuara apa adanya
Bagai telaga yang tak menolak lumut juga lumpur
Namun tetap indah dalam teguh dan ikhlasnya
Kepada udara, kepada surya, kepada alam raya
Menanti engkau yang melayang mencari arti hingga dini hari datang
Lalu kau luruh menjadi aku dan aku hidup oleh hadirmu
Bersua tanpa samaran apa-apa
Saat semua Cuma cinta
Cinta semua saat
Dan bukan lagi saat demi saat

(dee)

Rabu, 25 April 2012

SKRIPSI


Kata seorang dosen “Jerih payah kita, nikmatnya kuliah, asem manisnya kuliah terlihat bagaimana hasil akhir dari tugas kita yaitu skripsi”. Skripsi bisa jadi sebagian mahasiswa adalah momok yang sangat menakutkan. Tak hanya itu bahkan kebingungan pun melanda. Mulai dari mencari judul, dapat dosen pembimbing, objek yang diteliti, sampai dengan seminar. Kesemua itu memiliki masa-masa yang sangat sulit. Bagaimanapun kurasa pikiran dan tenaga sepenuhnya kita tuangkan dan keluarkan untuk menghasilkan skripsi yang benar-benar skripsi sesungguhnya.
Aku pun sudah merasakan dan mencium aura tugas skripsi ini semakin hari semakin mendekat saja. Seyogiyanya mulai sekaranglah paling tidak di planning-kan untuk skripsi kita. Mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan pada saat hari itu dan tugas itu benar-benar sudah ditangan kita.
Kemudian temen-temanku pernah bilang juga ada sebagian dosen yang mengatakan bahwa mencari judul atau objek itu yang biasa-biasa saja, biar cepat selesai. “Ah kalau mengatakan begitu bisa membuat mahasiswa tidak termotivasi dalam mengerjakan skripsinya, bisa jadi mahasiswa hanya asal-asallan mengerjakannya, jangan sampai ada yang namanya plagiat dalam skripsi” Ujar kata temenku.
Aku setuju itu, skripsi merupakan cerminan mahasiswa itu sendiri, bagaimana tidak semua teori dan aplikasi dapat diterapkan dalam tugas skripsi ini. Skripsi itu murni tugas individu, murni kerja keras kita sendiri, murni hasil olah pikir sendiri dengan metode-metode ilmiah yang telah diatur.
Skripsi adalah tantangan menarik bagi mahasiswa, tantangan yang menurutku bisa menumbuhkan kedewasaan, menumbuhkan komunikasi, jaringan, dan perkembangan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
Nah, sobat tugas skripsi itu dinikmatin saja, yakin deh dengan usaha Lillahi Ta’ala, semua akan menghasilkan sesuatu yang indah. Percaya “Didalam kesulitan itu pasti akan ada kemudahan”
Lulus tanpa skripsi rasanya hambar deh ^_^

Muhammad Elhami
Ketua Umum LPM Jurnal Kampus FE Unlam

Merawat Semangat Menulis


Dari para penulis sukses kita belajar betapa pentingnya menjaga konsistensi dalam penulisan. Konsistensi ini sangat menentukan keberhasilan seseorang berkarier dalam dunia tulis-menulis. Kendati banyak orang yang paham betapa pentingnya konsistensi dalam penulisan, tapi tak banyak  yang berhasil mempertahankannya. Banyak kendala dalam perjalanan menyebabkan sang calon penulis sukses urung melanjutkan langkahnya. Dia memilih untuk berhenti karena merasa melakukan sesuatu yang sia-sia, bahkan merasa tidak berbakat sama sekali.

Begitulah kisah para calon penulis yang memilih off daripada melanjutkan mengayuh dayung mencapai pulau tujuan: menjadi penulis yang berhasil. Sebenarnya manusiawi saja kalau orang membatalkan niatnya untuk menjadi penulis, toh masih ada banyak profesi lain yang bisa digeluti dan cukup menjanjikan. Akan tetapi, bagaimana jika tarikan keinginan untuk menulis itu selalu datang dan memanggil-manggilnya untuk kembali menulis? Tapi, apa daya, tarikan itu tak mampu menggoyahkan niatnya untuk kembali. Ia suntuk dengan profesi lain, padahal ruh-jiwanya ada pada dunia penulisan.

Persoalan yang acapkali menjadi kendala dalam penulisan adalah kehilangan semangat menulis saat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan. Dalam perjalanan itu, godaan untuk pergi dari dunia penulisan selalu saja ada. Godaan untuk lepas dari komitmen untuk menjadi penulis bisa hadir kapan saja. Bagi sebagian orang, akan memilih keluar saja dan mengikuti niat atau profesi barunya itu. Bagi sebagian lain,  memilih tidak mempedulikan godaan itu. Ia tetap konsisten menulis karena ia menanamkan komitmen untuk menjadi penulis yang berhasil kelak.

Nah, beberapa hal yang bisa menyemangati kita untuk menjaga dan merawat semangat menulis, diantaranya, pertama, jadikan pekerjaan menulis sebagai arena pengabdian. Dengan menjadikannya sebagai arena pengabdian, maka kita akan lebih kuat bertahan dari godaan untuk keluar dalam lingkaran penulisan. Kedua, jadikan menulis sebagai wujud ibadah. Orang memilih banyak cara untuk beribadah dengan menekuni bermacam-macam kegiatan. Kita yang suka menulis, seyogianya menjadikan kegiatan menulis sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, wujud amal-bakti dan sebagai bukti bakti kita kepada Tuhan dan sesama.
Ketiga, jadikan kegiatan menulis sebagai medan perjuangan untuk mencapai visi hidup. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk turut  mencerdaskan masyarakat Indonesia, maka patri-lah visi itu di dalam benak dan wujudkan ke dalam karya nyata. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk menjadi penulis profesional, ukir-lah itu di dalam hati dan segera membuatnya menjadi kenyataan.  Ini tantangan! Beranikah kita menyambutnya?
Salam menulis.

(sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/merawat-semangat-menulis/)


Selasa, 24 April 2012

Sikap dan Sifat Yang Dibutuhkan Dalam Organisasi


Pada dasarnya, sikap dan sifat dasar yang dibutuhkan dalam organisasi sangatlah relatif. Tergantung dari apa jenis organisasi, tujuan, tradisi dalam organisasi, kapasitas orang didalam organisasi, dan lainnya.
Namun, secara garis besar, beberapa hal berikut berlaku secara umum dikebanyakan organisasi. Organisasi komersial ataupun non komersial. Organisasi pemerintah, maupun organisasi non pemerintah.
Apa saja? mari kita lihat :

Kejujuran

Kata pepatah lama : Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Di organisasi juga tentunya. Jujur dalam berorganisasi misalnya jujur saat mengemukakan pendapat, laporan, jujur masalah uang, jujur dalam menilai kinerja, dan lain-lain.
Jujur berkaitan dengan masalah moralitas, realita, dan fakta. Maka, masalah kejujuran pada dasarnya berangkat dari hati nurani seseorang. Tidak jarang, banyak oknum dalam organisasi berbuat dan berkata tidak jujur untuk menutupi sesuatu.
Misalkan, seorang auditor sedang mengaudit keuangan sebuah perusahaan. Dalam penyelidikan dia menemukan banyak kejanggalan dan kecurangan. Namun karena diimingi uang, atau mungkin karena mendapat ancaman dari perusahaan yang bersangkutan, akhirnya dia memanipulasi data penyelidikan.
Atas kepentingan tertentu dalam organisasi, terkadang kita dipaksa oleh keadaan untuk berbuat tidak jujur. Kadang ada kesempatan mendapatkan keuntungan dari ketidakjujuran yang kita buat. Kadang kita terpaksa berbuat tidak jujur karena alasan-alasan tertentu yang menurut kita baik
Banyak orang melakukan pembenaran dengan mengatakan atau berpegang pada istilah “bohong untuk kebaikan itu tak masalah” sehingga dengan mudah mereka berbuat atau berkata tidak jujur.
Dalam sebuah sumber agama tertentu, disebutkan “Katakanlah yang sebenarnya, walaupun itu pahit bagimu“. Disini kita melihat apakah sebenarnya memang dibenarkan adanya “bohong untuk kebaikan?” padahal sebenarnya bohong itu sendiri adalah hal yang buruk.
Namun, dalam kondisi tertentu memang efek dari kejujuran bisa lebih pahit daripada jika kita berbohong. Disinilah kita dituntut berani mengemukakan kebenaran dengan jujur

Loyalitas

Loyalitas mengacu pada kesetiaan pada organisasi, kerelaan berkorban untuk organisasi, dan hal-hal lain yang sifatnya herois. Loyalitas akan menggerakkan motor-motor organisasi untuk tetap bekerja meski dalam kondisi yang tidak menguntungkan, kondisi kekurangan, atau kondisi-kondisi buruk lainnya.
Pada kasus-kasus tertentu, suatu organisasi dapat bertahan karena memiliki anggota-anggota yang loyal. Padahal, secara program organisasi tersebut bisa dikatakan tidak bergerak sama sekali
Ada banyak hal yang membuat orang menjadi loyal pada sebuah organisasi. Kebanyakan orang menjadi loyal karena telah memahami seluk beluk organisasi itu, masalah, tantangan yang dihadapi organisasi dalam kaitannya dengan tujuan organisasi itu, atau karena telah lama berorganisasi disitu.
Anggota yang loyal, ibarat seorang pejuang yang rela tetap semangat berperang dalam kondisi perut lapar, amunisi dan senjata kurang, walaupun pasukan diambang kekalahan.
Salah satu contoh loyalitas yang cukup sempurna diperlihatkan dalam sebuah film epik berjudul “300 (three hundred)” yang mengisahkan peperangan antara pasukan perang Sparta (Yunani) dibawah pimpinan Leonidas melawan pasukan Persia dibawah pimpinan Xerxes.

Komitmen dan tanggungjawab


Jika loyalitas berkerabat dengan kesetiaan, maka komitmen dan tanggungjawab tidak demikian. Komitmen dan tanggungjawab lebih mengarah pada kesepakatan atau janji yang telah dibuat.
Lebih dalam lagi, komitmen dan tanggungjawab dapat diartikan
“memegang teguh amanat, kesepakatan, janji, tugas  yang telah dibuat atau diterima (diucapkan ataupun dituliskan) dan menyelesaikannya dengan bersungguh-sungguh dengan semaksimal mungkin (mengerahkan kemampuan maksimal untuk mencapai tujuan atau tugas tersebut)”.
Tanpa loyalitas sekalipun orang dapat berkomitmen dan bertanggung jawab. Bahkan tanpa ikatan emosional dengan organisasi tersebut sekalipun. Namun pada umumnya, komitmen dan tanggungjawab yang kuat tercipta dari hubungan internal, emosional, dan kekeluargaan yang kuat, meski tidak selalu akur
Kesepakatan yang dimaksud dapat berupa kesepakatan dari diri sendiri dengan diri sendiri, kesepakatan antar individu, ataupun kesepakatan antar lembaga/organisasi
Kesepakatan dari diri sendiri pada diri sendiri mengacu pada pertentangan pribadi (batin) seseorang. Dimana biasanya selalu ada pro dan kontra didalam diri seseorang atau suatu yang dipikirkan atau akan dilakukan, lalu terjadi kesepakatan damai dan memunculkan komitmen serta batasan-batasannya (atau tidak terbatas sama sekali). Dari komitmen ini kemudian lahirlah tanggungjawab untuk mewujudkan komitmen tersebut
Kesepakatan antar individu maupun antar lembaga adalah kesepakatan atara satu pihak dengan lainnya. Baik dikemukakan secara tertulis maupun lisan. Namun dewasa ini, kebanyakan kesepakatan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum adalah kesepakatan tertulis.

Kekeluargaan dan rasa saling memiliki

Kekeluargaan  atas suatu organisasi berawal dari rasa nyaman yang ditimbulkan didalam internal organisasi tersebut. Kemudian muncullah rasa memiliki. Kekeluargaan dan rasa memiliki ini merupakan proses sebab akibat yang sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi.
Keduanya berakibat pada rasa nyaman antar anggota didalam organisasi tersebut, dan akhirnya mempengaruhi pula ikatan emosional, kinerja, dan lain-lain.
Jika seorang anggota organisasi telah merasa memiliki atas suatu organisasi, maka dia takkan segan berbuat banyak untuk organisasinya, bahkan tanpa pamrih. Hal ini mungkin karena anggota tersebut melakukannya atas dasar pengabdian, bukan sekedar tugas atau mengerjakan program
Pada umumnya kekeluargaan dan rasa memiliki ini tercipta karena intensitas interaksi dan komunikasi yang banyak. Sesama anggota sering bertemu, berdiskusi, bersenang-senang, berkegiatan, berbagi suka duka, lama kelamaan akan terpupuklah kekeluargaan dan rasa memiliki yang kuat
Kekeluargaan dan rasa memiliki dikalangan anggota organisasi memungkinkan munculnya kecintaan pada organisasi tersebut. Bisa dibayangkan, jika seseorang sudah cinta, maka apa saja mungkin dia lakukan, bahkan dengan dasar dan alasan yang tidak rasional sekalipun
Namun, sifat kekeluargaan dan rasa memiliki ini bisa muncul setelah seseorang masuk dalam organisasi dan / atau berpartisipasi didalamnya. Banyak juga non anggota yang berpartisipasi aktif dalam sebuah organisasi. Mereka-mereka ini sering disebut “Simpatisan” atau orang yang bersimpati.

Kemauan untuk berkembang

Hal ini sangat penting, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi organisasi yang bersangkutan.
Dunia sangat dinamis, begitu juga dengan manusia. Selalu terjadi perubahan baik cepat ataupun lambat. Baik itu perubahan pola, prinsip, cara, dan lain-lain
Kemauan untuk berkembang menunjukkan keterbukaan pada hal-hal baru yang masih asing. Hal ini juga menunjukkan bahwa dalam diri seorang anggota itu atau organisasi itu, ada keinginan untuk selalu meningkatkan kualitasnya, sehingga yang dihasilkan organisasipun meningkat baik kualitas ataupun kuantitasnya,
Hampir semua organisasi membutuhkan anggota yang punya sifat ini. Namun, terkadang ada juga organisasi tertentu, entah disadari atau tidak, atau memang disengaja, membiarkan anggotanya atau organisasinya tetap statis/monoton. Tentu setiap organisasi punya tujuannya sendiri-sendiri
Efeknya pada organisasi sangat signifikan, dengan memiliki anggota organisasi atau organisasi yang mau berkembang, organisasi tersebut berpotensi untuk bertahan lama, berjalan beriringan dengan jaman, selalu sesuai dengan kebutuhan, atau bahkan melampaui capaian pada jamannya.

Cara berkomunikasi yang efektif dan efesien

Disadari atau tidak, komunikasi yang efektif dan efisien ini menjadi kunci kesuksesan di hampir semua aspek dalam organisasi.
Seorang teknisi ingin menjelaskan alat-alat dan gunanya pada saat presentasi di masyarakat, dengan apa? Tentu dengan komunikasi yang baik dan pas. Seorang manajer ingin menjelaskan rencana-rencananya, dengan apa? Diam? Tak mungkin. Tentu dengan komunikasi
Seringkali terjadi, yang membuat suatu produk tidak laku dimasyarakat bukan karena produk itu jelek, tetapi karena penyampaiannya pada masyarakat yang tak efektif dan efisien.
Sering kali dalam organisasi, kita menjelaskan panjang lebar tentang konsep yang kita buat, tetapi ditolak oleh segenap hadirin. Mengapa? Ternyata karena penyampaian kita tidak ditangkap atau dimengerti secara maksimal oleh pendengar.
Ironis bukan, rencana yang telah kita buat secara sangat matang dalam hal teknis, malah gagal atau ditolak karena kita tidak mampu menyampaikannya pada resipien (penerima informasi)?
*************************
Pada umumnya anggota-anggota organisasi yang telah mapan dan dewasa mengetahui betapa pentingnya beberapa hal diatas dalam sebuah organisasi. Organisasi besar biasanya punya tradisi khusus untuk terus menyampaikan/mentransformasikan hal-hal penting di organisasinya kepada anggota-anggota baru.

(sumber: enviroleeb.wordpress.com)
(sumber kedua : http://hutantropis.com/sikap-dan-sifat-yang-dibutuhkan-dalam-organisasi)


Memulai Hari


Memulai hari
Adalah seperti memulai sebuah sajak
Kita tak pernah bisa yakin
Dimana nanti ujungnya
Meski bisa saja kita memilah
Mana saja kata yang kita suka
Kita paham sebetulnya
Pilihan tiada sebebas itu
Waktu melangkah keluar
Dari sempit gang dalam tubuh kita
Keluar menemui jalan raya dunia
Belokan dan pertigaan yang kemarin
Kembali telah menantikan
Nyatalah, kita hanya mengulang tema
Seperti dalam sebujur sajak
Seraya menolehkan judul dilekuk-lekoknya

21 : 31 PM


Minggu, 22 April 2012

“Perubahan” ??...Tak Usah Takut


Oleh : Muhammad Elhami
Ketua Umum LPM Jurnal Kampus FE Unlam


Mendengar kata perubahan, apa yang terpikirkan oleh otak kita?, apa reaksi yang kita timbulkan?. Banyak, bisa takut, biasa-biasa saja, cuek, atau malah antusias. Ya yang namanya perubahan pasti akan menimbulkan dampak terhadap yang menerima dan yang melakukannya. Perubahan ini memiliki ruang lingkup yang luas, mulai dari perubahan diri, lingkungan, bahkan organisasi hingga perusahaan sampa dengan dunia.
Ada satu kata-kata yang menarik yang pernah saya baca, dan saya mem-prafrasekan-nya begini “Bagi mereka yang siap dengan perubahan maka dia akan senang, antusias dan menganggapnya sebagai tantangan baru untuk mengembangkan diri dan berbuat lebih lebih baik. Sedangkan bagi mereka yang tidak siap bisa terjadi risestensi (penolakan) terhadap perubahan itu hingga membuat dia gelabakan dan menjadi sebuah momok yang menakutkan.

Dalam perjalanan hidup ini tidak ada mereka yang tidak melakukan perubahan, kita lihat saja diri kita sendiri. Lho kok kita sudah besar yaa, lho kok kita sudah dewasa yaa, lho kok berbagai lainnya yang masih banyak tidak bisa kita sebutkan satu per satu. Intinya kita mengalami perubahan. Mau tidak mau itulah siklus kehidupan dunia ini.

Nah, bagaimana dengan perubahan yang terjadi di Organisasi misalnya. Apakah sama dengan perubahan yang ada pada diri kita? Saya rasa sih sama, namun konteks dan ranahnya saja yang berbeda.
Organisasi, apabila kita sudah merasa nyaman berada didalamnya, dan itu sudah menjadi sebuah budaya. Maka apabila ingin dirubah akan banyak mengalami risestensi dari anggota itu sendiri, tak ayal bisa mengundang konflik. Biasanya budaya dalam organisasi ini turun temurun dipelihara dan dijaga agar tidak terjadi perubahan.

Seorang ahli pernah mengatakan bahwa orang, organisasi atau siapapun yang ingin mengalami kemajuan adalah dengan melakukan perubahan dan perubahan itu yang menjadikannya kreatif, inovatif dan berbeda dari yang lain. Yaa perubahan dan perbedaan adalah kunci sebuah kemajuan. Apabila organisasi melakukan perubahan entah itu program kerja (proker), struktur atau mutasi anggota dan lain sebagainya asalkan tetap berpegang teguh pada visi, misi, dan tugas yang telah disepakati bersama maka kemajuan dapat kita lihat.
Dengan adanya perubahan suasana baru, pengembangan diri dan organisasi akan semakin terlihat jelas. Karena disinilah salah satu letak pimpinan dan pengurus bagaimana menjalankan perubahan itu sendiri.
Memang melakukan perubahan tidak bisa dilakukan dengan secepat membalikkan telapak tangan. Perubahan perlu kawalan, bimbingan dan pemahaman yang countinue bagi mereka yang akan melakukan perubahan. Sudah pasti perencanaan yang matang harus dilakukan demi mencapai perubahan yang akan kita inginkan.

Kesadaran semua lini juga sangat diperlukan, karena dengan perencanaan yang matang saja tidak cukup tanpa ada dukungan dari semua lini didalam organisasi. Nah kalau kita tahu makna dan buat apa melakukan perubahan jadi aman-aman saja kan? Hehe tidak usah takut dan tak usah galau.
Perubahan ke arah yang lebih baik kenapa tidak..!!!

Jumat, 20 April 2012

Mencari Makna Kebersamaan


Tak bisa dipungkiri lagi, manusia terlahir sebagai makhluk social., yang selalu membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupan. Namun tidak dapat disalahkan juga, jika ada manusia yang menyendiri kehidupannya dalam mencapai sebuah keinginan. Namun, kesendiriannya juga tidak bisa berlangsung lama, karena manusia akan terikat dengan aturan Tuhan yaitu harus berteman dalam kebersamaan. Kebersamaan disisni tidak harus dikategorikan sebagai kekasih, isteri atau lawan jenis saja, tapi juga merupakan bagian dari kehidupan yaitu ciptaan Tuhan.

Kebersamaan dapat dikatakan sebagai persatuan atau bersatu. Negara kita, Indonesia, menjadikan semboyan bangsanya adalah symbol persatuan yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Tidak dapat kita bayangkan jika semboyan itu dilalaikan dan kemerdekaan secara pemerintahan tidak akan mungkin kita dapat.
Begitu indahnya sebuah kebersamaan atau persatuan. Kita pasti pernah mendengar ilustrasi tentang kebersamaan, yang diumpakan sebagai sapu lidi. Sebatang lidi tidak berate apa-apa, namun ketika kita satukan ia mampu menjadi alat penyapu yang bisa membersihkan sampah.

Ilustrasi sapu lidi tersebut menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kebersamaan atau persatuan tersebut. Namun, begitu banyaknya ilustrasi kebersamaan diterima, tapi masih banyak perpecahan di sekitar kita. Mulai dari keluarga hingga di luar rumah tangga pun sudah tidak asing lagi. Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini, begitu banyak pertentangann yang terjadi di kalangan masyarakat. Sikap anarkime dan brutalisme jelas telah menciderai makna kebersamaan yang selama ini kita cari dan senantiasa kita dambakan.
Dalam banyak riwayat digambarkan bahwa Rasulullah saw selalu memelihara shalat secara berjamaah. Sepanjang melaksanakan shalat, mereka menjalin hubungan mesra, bukan saja dengan Allah swt, melainkan juga dengan sesama manusia.

Sesungguhnya, keseluruhan gerakan dalam shalat mengilustrasikan persamaan dan kesetaraan, sekaligus mengikat kuat kebersamaan dan kedekatan satu sama lain. Dalam suasana batin yang tulus, jasad yang bersih, tak ada yang terucap kecuali mengagungkan Allah. Setelah seorang menutup surah al-fatihah, jama’ah pun serempak menjawab, “amin”.

Dalam shalat, sesungguhnya merupakan cerminan bahwa kita dapat menyamakan persepsi, sikap, dan bahkan perilaku. Lihatlah, waktu shalat tiba, kita semua harus menghentikan sementara seluruh aktifitasn yang tengah kita lakukan. Selayaknya kita bergegas mendatangi rumah-rumah Allah dan bertasbih menghormati tempat suci. Semua berbaris rapi, mengikuti isyarat yang sama untuk melakukan gerakan yang sama pula.

Keseluruhan perasaan kita akan tercurah total kepada Sang Pencipta.
Di penghujung shalat, semua serempak menebar keselamatan, “Assalamu’alaikum”, sebagai wujud penghambaan kepada-Nya dan penghormatan kepada sesamanya. Inilah wujud kebersamaan yang dibangun di atas religiusitas keislaman.

Sebuah riwayat meyebutkan, pada kesempatan shalat berjamaah, Rasulullah saw senatiasa berusaha memelihara kerukunan dengan para sahabat. Nasihat-nasihatnya disampaikan untuk mempertebal keyakinan dalam berkhidmat pada kepentingan ajaran. Mengalirlah kata-kata hikmah dari seorang Nabi pilihan Allah.
Kini, pemandangan sejarah itu makin kabur. Suasana rukun pelan-pelan lenyap.

Kebersamaan merupakan sisi kehidupan yang unik dan penuh pembelajaran. Memberi arti untuk setiap aktifitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan kekuatan untuk berbuat sesuatu, mencapai suatu tujuan, tapi sering tidak disadari akan makna kebersamaan itu sehingga saat-saat bersama sering terabaikan dan terlewatkan begitu saja bagaikan waktu yang berjalan begitu cepat tanpa kita sadari dia akan pergi.

Makna kebersamaan hendaknya bukan sekedar slogan, melainkan pemahaman….Wallahu A’lam.

(sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2011/08/04/mencari-makna-kebersamaan/)


>Fakultas : Tegaskan Peraturan, >Mahasiswa : Tingkatkan Kasadaran


Oleh : Muhammad Elhami

Kalau kita mencoba membandingkan Fakultas Ekonomi dengan Fakultas lain yang ada di Unlam ini, saya rasa anda setuju bahwa dari segi fasilitas Fakultas Ekonomi lah yang paling ‘wah’. Ini dapat dibuktikan dengan berbagai fasilitas yang dimiliki, kita lihat saja, kursi-kursi tak kalah seperti di bandara, lobby yang kini sudah disulap dengan marmer yang mengkilap menambah kemewahan bagi siapa yang akan memasukinya, kemudian tak ketinggalan toilet yang telah dibenahi telah menyerupai toilet di hotel-hotel mewah, ruang kelas yang dilengkapi kipas angin tak cukup AC juga dipasang dan LCD sebagai penunjang sarana belajar mengajar dosen dan mahasiswa. Ini mungkin hanya segelintir fasilitas ‘wah’ yang dimiliki Fakultas Ekonomi Unlam.

Namun sayang seribu sayang dengan berbagai fasilitas yang ‘wah’ tadi Fakultas Ekonomi juga menyimpan begitu banyak masalah. Kebersihan misalnya ini masalah lama yang sampai saat ini tak kunjung tuntas untuk diselesaikan oleh pihak yang berkepentingan. “Satumat rigat - satumat rigat” ini lah keluhan-keluhan yang diluntarkan oleh sebagian mahasiswa, namun petugas kebersihan pun mengeluhkan sama seperti itu. Lalu siapa yang disalahkan kalau begini?

Sebagai keluarga besar Fakultas Ekonomi Unlam fasilitas yang disediakan seyogiyanya harus kita pelihara bersama, mahasiswa maupun petugas kebersihan. Namun fakta dilapangan dan relitanya sangatlah jauh dari kata memelihara dan menjaga. Kru Dinamis kali ini menemui salah satu petugas kebersihan Paman Taufik, atau yang sering disapa Paman Upik menceritakan beberapa pengalaman selama ini sebagai petugas kebersihan banyak menemukan mahasiswa yang membawa makanan kedalam kelas, tapi parahnya sampahnya dibuang didalam kelas juga, tak hanya itu mahasiswa juga banyak yang merokok sembarangan plus membuang puting-nya juga sembarangan tidak pada tempatnya. Padahal katanya hasil Studi Banding yang dia ikuti beberapa waktu lalu keluar daerah ke Universitas di Jawa, tidak ada aktivitas mahasiswa yang makan diruang kelas dan merokok sembarangan. Dia kaget sangat berbeda sekali dengan mahasiswa disini.
Nah berdasarkan pengalaman itu lah Dia berharap pihak Fakultas sebagai petinggi membuat aturan yang tegas dan memberikan sangsi bagi mahasiswa yang membuang sampah sembarangan. Merokok dan makan boleh saja asalkan disediakan tempat khusus untuk itu. Jika peraturan ini dapat diterapkan maka tidak menutup kemungkinan kebersihan akan terjaga dan terpelihara. Pihak fakultas harus tegas.

Kemudian mahasiswa pun sebagian besar pengguna sangat berperan dalam menjaga dan memelihara kebersihan dan fasilitas. Kesadaran mutlak harus ditanamkan. Dengan hadirnya peraturan dan sangsi yang tegas kesadaran bersama dapat kita awali.

Rabu, 18 April 2012

Organisasi Jangan Di - Playboy - Kan

“Aku bingung banar ka ae, aku ditanya sama sekretaris organisasi yang satunya yang aku ikuti, ikam nih mementingkan organisasi yang ini kah atau yang itu kah?” Wajah kebingungan itu suntak hadir begitu saja, mendadak dan tiba salah seorang yaa lumayan dekat dengan aku lah langsung curhat mengenai kondisi yang dia alami sekarang “kebingungan”. Dalam mengikuti organisasi karena dia ikut dua organisasi.

Fenomena mahasiswa atau aktivis lah kita sebut yang suka berorganisasi dua atau lebih yang diikuti, bukan barang baru lagi di Kampus Fakultas Ekonomi Unlam ini, bahkan di Fakultas dan Perguruan Tinggi lain pun banyak hal serupa terjadi “menduakan organisasi”. Memang mahasiswa bebas memilih organisasi mana yang akan dia ikuti, mau satu, dua atau lebih. Namun banyak hal positif dan negatif nya mahasiswa yang seperti ini. Seyogiyanya sebuah organisasi itu memerlukan Sumber Daya Manusia yang aktif dan konsen dalam menjalankan roda organisasinya tanpa harus ada campur dari organisasi lain. Nah kalau begini jalannya sebuah organisasi kan enak tidak hanya asal-asalan tanpa ada tujuan yang jelas, hanya ikut acaranya selesai keorganisasi lain lagi. Dan ironisnya ini terjadi berulang-ulang.

Bisa juga mahasiswa sok hebat dan bangga ikut banyak organisasi. Logikanya saja, kalau kita kerja di dua perusahaan misalnya, wong bisa tidak dua perusahaan kita jalani sekaligus, wah wah tidak bisa bos, enak saja mang itu perusahaan milik lho sekehendaknya saja masuk sana masuk sini hehe.

Sebenarnya organisasi kalau mau juga bisa menerapkan aturan yang tegas dan jelas untuk mengatur pengurusnya dalam beroraganisasi. Namun lagi-lagi banyak pihak yang keberatan dan tidak setuju dengan aturan yang tegas dan jelas. Takut tak bisa ikut organisasi ini organisasi itu. Cobalah berpikir kedepan dan jauh kedepan. Masalah organisasi ini adalah pilihan sob, so dikampus ini banyakkan organisasi, jadi pilih saja yang mana cocok buat kamu untuk mengembangkan diri, jangan hanya mencari rame - nya saja. Kasian lho pengurus yang sudah aktif dan konsen dalam menjalankan organisasinya dicampuri dengan pengurus yang sana sini “bahanu ada bahanu kadada”. Ckckck

Jangan terlalu rakus dengan organisasi. Organisasi itu butuh orang-orang yang berpendirian tetap dalam mengembangkan organisasi kedepan. Atau bahasanya kerennya jangan playboy lah hahaha.
Okey satu organisasi aku rasa cukup kok, fokus itu lebih baik.
Ini pendapatku apa pendapatmu...!!!!

Muhammad Elhami
Banjarmasin, 19 April 2012
LPM JURNAL KAMPUS FE UNLAM
7 : 21 AM

LAMUNAN DI PASAR JURNALISTIK (PAPERMAN 2012)


Memasuki hari ketiga acara Pentas Pers Mahasiswa Nasional (Paperman 2012) kembali dilaksanakan di Open Hall Walikota Banjarmasin, setelah panitia dan delegasi dimanjakan dengan berwisata redaksi menyusuri sungai, pasar terapung dan pulau kembang. Ini dirasa cukup untuk memupuk dan memompa kembali semangat panitia untuk melanjutkan acara yang cukup berat yakni Pasar Jurnalistik yang terdiri dari lomba mading 3 dimensi, lomba fotografi, parade band indie, dan bazar.

Malamnya nampak panitia kedatangan tamu istimewanya lagi, Defi perwakilan dari Perhimpunan Pers Mahasiswa Nasional Indonesia (PPMI Nasional) hadir demi ikut menyukseskan acara ini. Sekitar jam 10 malam habis dari tempat aku tinggal, aku dengan Arief langsung menuju wisma banjar menemui teman-teman panitia dan delegasi. Dan sebagaimana janji panitia, bahwa malam ini akan ada persentase laporan tulisan hasil wisata siang Jum’at.

Alhamdulillah habis shalat Jum’at aku langsung saja mengetik apa yang ada dikepalaku, di rasaku, dipenglihatanku dan keyakinanku. Dan al hasil 3 lembar coretanku tak terasa memenuhi halaman putih yang ada dilaptopku. Aku lega dan merasa tenang dan pede untuk nanti maju persentase dihadapan panitia dan delegasi. Sesampai di wisma aku langsung ke atas bergabung dengan Nelson dan Defi. “Defi dari PPMI,” Defi langsung menyudurkan tangan denganku. “Elhami dari Jurnal Kampus,” Balasku.

Kami langsung mengobrol akrab sambil menikmati malam dilantai dua itu. Banyak hal-hal yang dibicarakan, dan “Ka makanan dulu, nih dah siap,” Sikha koor acara mengejutkan kami yang sedang asyik mengobrol. “Oh iyaa taruh saja diatas lemari Sikha, makasih banyak,” Sikha sambil meletakkan makanan diatas lemari. Langsung saja makan, lauk malam itu daging panggang. “Ini daging panggang ya Elhami,” Tanya Nelson kepadaku. “Iyaa baru pertama yaa,” Kataku. “Ga rasanya manis saja,” Nelson mulai melahap nasinya.

Sampai jam 9an lewat, kami disuruh untuk turun ke aula karena ada persentase hasil wisata redaksi pagi itu. “Mas pembicaranya sudah datang, jadi dimohonkan untuk segera kebawah,” Sikha naik lagi untuk memberitahukan kami. “Oke habisin makanan dulu yaa,” Kata Nelson. Satu persatu pesonel-personel delegasi mulai lengkap. Malam ini akan menjadi seru ditengah teman-teman panitia dan delegasi. Aku semakin percaya diri dengan tulisanku ini, dan aku tak mau kalah dengan mereka. “Masa kalah dengan delegasi, harus mantap nanti persentasinya,” Ujar hatiku berbisik.

Ada yang masih mengetik, ada yang masing ngeprint, dan ada yang santai-santai saja, semua menanti-nanti siapa yang pertama maju, dengan raut muka tegang, kantuk, lelah, namun aura semangat makin terasa saat perserta mulai persentase. Moderator memilih KPM Jelaga Stimik untuk maju, kemudian  LPM Sukma IAIN, UKM Jurnalistik Untirta, BEM Unpar Palangkaraya, dan terakhir aku mewakili teman-teman Jurnal Kampus.

Sampai giliranku terakhir, tak mematahkan semangatku untuk menyampaikan yang terbaik bagi teman-teman delegasi, terlebih panitia. Sebelumnya masukan, saran dan kritik bertubi-tubi disampaikan oleh Bang Edo yang datang  dari Media Kalimantan. Aku tak sabar komentar apa yang akan diberikan oleh Bang Edo nanti.

Begitu aku disebut, aku langsung maju dengan tenang dan yakin. “Baik teman-teman sekalian, saya mewakili Jurnal Kampus akan menyampaikan tulisan yang saya tulis. Ini bukan sebuah berita, bukan sebuah laporan, tapi sebuah cerita yakni cerpen,” Aku memulai dengan mantap. Satu persatu aku bacakan dengan bahasaku sendiri, nampak aku lihat teman-teman  sangat memperhatikan sambil tertawa. Mungkin baru tahu bahwa seorang Elhami bisa nulis cerpen. “Hehe,” Aku tertwa sendiri dalam hati. Dan sampai paragraf terakhir disinilah teman-teman bersiul kepadaku. “Hihihy..ehem..hahaha,” Teman-teman tertawa. “Hei ini kan cerpen jadi ada penambahan-penambahan,” Kataku mencari alasan.

Dengan bangga dan rasa puas aku kembali ketempat duduk dekat LPM Sukma. “Wooih tulisannya bagus,” Puji Saufi sambil menyalami aku. “Makasih,” kataku sambil tersenyum. Semua selesai, dan beban akhirnya hilang, kemudian keakraban menyatukan kami lagi walau sebagian yang kantuk, termasuk aku. Sambil berdiskusi kecil dan bercanda-canda yang tidak fokus dan kesana kemari makin menambah mataku mengantuk. Kadang temen-temen delegasi tertawa ria. Ah aku makin ngantuk. Aku langsung saja merebahkan badanku dengan nikmat, lama-lama dan semua tak terasa zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz. Aku tertidur dengan nyenyaknya.

Jam setengah 6 aku di bangunkan sesorang yang tak aku lihat dan langsung saja menghilang. Aku sontak terbangun. “Siapa yang bangunin aku yaa,” Langsung aku berkata dalam hati. “Kalau ga Nina, si Rosi,” Ah ga jadi masalah, yang penting aku bangun. Aku langsung menuju kran air untuk membasuh muka agar kantukku hilang, tak lupa aku ambil air wudhu untuk shalat Shubuh.

Rasanya segar sekali pagi ini, tenaga mulai terkumpul kembali menandakan siap untuk bertempur denga agenda di hari ketiga pas jurnalistik. Aku keluar didepan ruang tamu bergabung dengan delegasi menonton TV. Dengan memakai seragam kaos Paperman 2012, warna biru dan delegasi warna kuning menambah keren penampilan kami hari ini.

Lama menunggu aba-aba dari panitia tapi tak kunjung ada perintah juga, akhirnya aku langsung berangkat duluan dengan arief untuk membantu teman-teman panitia menyiapkan keperluan di halaman walikota. “Bang duluan nih, nanti aku tunggu kalian disana,” Kataku sambil mengambil helm. Sesampai di walikota, aku disuguhkan dengan banyak tenda. Ada perlombaan mading yang sepertinya sudah mulai, bazaar, dan panggung band yang tertata rapi.

Aku tertarik untuk bergabung dengan tenda yang berisi dengan sebuah karya yang nantinya berbentuk masing 3 dimensi. Aku nanya-nanya, melihat-lihat. Waah cuaca agak mulai panas tapi tak mnenyurutkan semangat manusia-manusia yang ada di situ. Hampir lama suara sanyup-sanyup sunyi tak ada, hanya suara-suara kecil yang ribut masing-masing. Ternyata band yang ditunggu belum mulai, akhirnya panitia lebih dulu memulai dan meyapa seluruh peserta lomba.

Ayin dan Karlina kembali diyakini menjadi pasangan yang serasi saat berduel dalam memandu sebuah acara. Peserta menjadi rusuh akibat didatangi oleh pasangan pembawa acara ini untuk sedikit  bertanya-tanya. Yah sudah sedikit mulai rame kalau seperti ini.

Penonton sedikit demi sedikit mulai berdatangan, walau puntak diundang. “Bagi teman-teman yang ada diluar silahkan saja memasuki kedalam area karena acara ini free alias bebas,” Kata Ayin dan Karlina nampak semangat. Matahari mulai nampa diatas kepala tapi sempat tertutup malu oleh awan hujan berlalu. Syukur tak menimbulkan hujan yang berarti. Delegasi pun tak mau ketinggalan untuk melihat-lihat pasar jurnalistik ini.

“Selamat datang di pasar jurnalistik kami bang,” Kataku sambil menyalami delegasi. Nelson, Enjang, Defi dan temen-temen yang lain masuk menuju stand masing-masing mading sekedar bertanya dan melihat-lihat. Seperti  biasa Nelson tak lupa membawa senjata pamungkasnya, handycam. Mereka wawancara denganku tentang agenda acara hari ini, Nelson sebagai  kameraman, Enjang selaku reporter bertanya-tanya padaku. Dengan penuh semnagat aku jawan dan aku patahkan pertanyan-pertanyaan yang diajukan kepadaku.
Semua bebas, semua menikmati, semua bergembira hari ini, semua hampir kehilangan beban, semua akrab. Moment-moment pun banyak disambar oleh kilatan kamera digital.
Aku mulai terasa lelah, badanku pegal, ditambah panasnya hari. Aku bawa duduk setelah makan siang bersama. Aku mulai terasa lega. Huuuh. Nikmatnya.

Ahh kenapa aku jadi pengen mencari-mencari wajah manis itu untuk aku curi, yah mau gimana lagi. Aku langsung saja dengan jeli mencari mana wajah manis itu, dan aku berhasil mencuri beberapa kali, aku meliat-dia tak melihat, mungkin dia melihat-aku sengaja aku tak melihatnya.
Rasanya sudah cukup dan senang bisa melihat wajahnya. Ini semua gara-gara Paperman 2010 terulang kembali.

“Woooi jangan melamun, alaaah siang-siang ngelamun apa,” Aku kaget Nelson dan Defi menepuk pundakku. “Hedeh ngelamun dia lagi,” Pikirku. (*)

KARYA : MUHAMMAD ELHAMI
LPM – JURNAL KAMPUS FE UNLAM
BANJARMASIN, 25 MARET 2012
9 : 03 PM



Selasa, 17 April 2012

Menulis itu Bukan Bakat, Tapi Niat yang Kuat


Dalam menulis, jangan terlalu percaya BAKAT. Percaya saja pada NIAT. Bukan niat yang biasa, tetapi NIAT KUAT untuk menulis. Sekali berpikir menulis itu bakat, maka tidak akan pernah ada satu paragraf pun yang kita hasilkan. Bagi yang punya niat kuat menulis, anggaplah menulis itu BERENANG. Orang yang belum pernah berenang sekalipun, asalkan ada niat kuat untuk belajar berenang, pasti memilih kolam atau laut yang dangkal, tidak langsung air dalam. Kita bisa belajar mengapung sambil lihat-lihat orang yang sudah pandai berenang. Belajar menyelam untuk mengukur kedalaman. Setelah bisa mengapung, selanjutnya kita bisa memilih gaya apapun dalam berenang. Sangat penting dicatat adalah: mulailah MENCEBURKAN diri ke air untuk belajar berenang. Jangan takut tenggelam dalam menulis!

Apa yang disampaikan oleh kang pepih dalam alinea di atas benar adanya. Saya sendiri adalah orang  yag awalnya tak biasa menulis. Dulu saya percaya kalau menulis itu adalah karena bakat. Tetapi sekarang, setelah lama menulis di kompasiana, saya besetuju dengan kang pepih bahwa niat yang kuat adalah modal kita untuk menulis. Tanpa niat yang kuat mustahil kita bisa menulis.

Selain niat yang kuat, kita harus menikmati proses menulis. Dengan begitu ada perasaan dalam diri bahwa menulis itu sebuah kebutuhan. Kalau sehari saja tak menulis, akan membuat kita merasa haus dan lapar. Oleh karena itu, alam bawah sadar kita harus digiring untuk menyenangi dunia tulis menulis dan merasakan keajaiban kata. Siapa yang mampu membuat kata-kata bermakna, maka dia akan mendapatkan manfaatnya. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain yang membaca tulisannya.

Keajaiban kata telah menghantarkan saya mampu merajutnya menjadi sebuah buku. Sebuah buku yang disusun dari cara-cara alamiah karena mampu menulis setiap hari. Keajaiban kata telah menghantarkan saya mengerjakan sesuatu yang awalnya alamiah menjadi ilmiah. Itulah makanya saya tak menyangka, keajaiban kata telah membawa saya kepada dunia tulis menulis dan menjadikan saya sebagai guru yang juga berprofesi sebagai penulis. Guru-penulis. Keren khan?

Belum banyak guru yang merangkap penulis. Apalagi mampu membuat buku dari materi yang diampunya. Saya bersyukur, dengan memiliki niat yang kuat akhirnya buku-buku itu lahir satu demi satu. Ikut memenuhi toko buku dan menjadi khasanah ilmu yang semoga terus menerus mengalir bagai air. Semoga disukai oleh pembaca.

Menulis itu bukan bakat. Menulis itu adalah kekuatan niat dari seseorang yang ingin berbagi ilmu dari yang dikuasai, dan disukainya. “Ikatlah lmu dengan cara menuliskannya”, demikian pesan Sayidina Ali. Saya pun bersyukur kepada Allah, karena mampu berbagi pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Semoga berkenan di hati para pembaca.

(sumber : http://www.wijayalabs.com/2012/01/16/menulis-itu-bukan-bakat-tapi-niat-yang-kuat/)


Senin, 16 April 2012

Bisa Menulis? Anda Manusia Langka


” Sebagian besar orang bercita-cita hidup di dunia orang kaya..….tetapi mereka tidak melakukan langkah pertama yakni memutuskan. Setelah kamu memutuskan, dan kalau kamu sudah benar-benar memutuskan, tidak akan kembali lagi. Ketika kamu memutuskan, segala sesuatu dalam duniamu akan berubah”
(Robert T Kiyosaki)

         Bila kita coba amati, berapa banyak disekitar kita yang biasa menuangkan idenya lewat tulisan, bandingkan dengan yang tidak ? Saya yakin 1:100 bahkan lebih dari itu. Ini artinya, aktivitas menulis adalah aktivitas yang langka. Artinya, tidak semua orang mampu melakukannya.
Apakah mereka tidak punya kemampuan menulis? Tidak juga, hanya mereka tidak memiliki semangat tinggi untuk bisa menjadi seorang penulis. Itu saja. Coba Anda perhatikan berapa banyak professor, doktor atau yang bergelar lain bisa menulis? Bukankah tetap lebih banyak yang tidak mampu menulis? Padahal mereka itu berada di lingkungan ilmiah (misalnya di perguruan tinggi), bukan?
Jadi seandainya Anda bisa menulis, Anda termasuk manusia unik. Sebab, tidak semua orang bisa melakukannya. Pakar marketing Hermawan Kartajaya pernah mengatakan, hanya ada dua hal yang bisa membuat orang bisa maju yakni perubahan dan perbedaan. Jadi making a difference and changing itu penting.
Menulis adalah aktivitas yang mengarah pada usaha untuk “berbeda” dengan yang lain. Anda mungkin punya gelar tinggi atau termasuk pintar di kelas, tetapi kepintaran dan gelar itu sangat mungkin orang lain juga mempunyai. Tetapi menulis, tidak semua orang bisa melakukannya.
Sangat mungkin, bagi mereka yang tidak bisa menulis akan mengatakan, “Untuk apa menulis? Apakah hidup ini harus bisa menulis? Yang penting bagi saya, dapat uang banyak, anak bisa sekolah tinggi, keluarga bahagia sudah cukup”.
          Ya, kalau sudah begini memang kita tidak bisa memaksa. Menulis memang tidak wajib. Menulis hanya salah satu pilihan hidup saja. Biarlah orang lain punya pikiran sendiri-sendiri. Anda yang sudah yakin dengan pilihan menulis, jalan terus. Tak perlu hanya kata-kata orang lain seperti itu, membuat Anda terus mundur. Biarlah orang itu dengan urusannya sendiri. Jangan-jangan mereka berkata itu karena putus asa sebab sudah menulis beberapa kali selalu ditolak? Atau mereka sendiri tidak mau mencobanya? Boleh jadi komentar itu berdasar emosional sesaat saja. Jadi, jangan dengarkan orang-orang seperti itu. Kalau perlu menutup telinga rapat-rapat. Sebab, jangan sampai Anda tertulari “virus” mereka.
Bagaimana agar terus bisa berbeda? Menulislah terus, bahkan sampai Anda tidak bisa punya kemampuan menulis. Mengapa? Sekali kita tidak menulis, kita akan diberi gelar “mantan penulis”. Coba kita renungkan pernyataan Pramoedya Ananta Toer, “Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah”. Bahkan JK Rowling, penulis Harry Potter pernah mengatakan, “Saya terus menulis. Tidak peduli, apakah akan dimuat atau tidak”.
Jadi kalau Anda sudah punya niat menulis, maka menulis tidak boleh berhenti. Tulislah semua yang ada difikiran sampai habis jangan hiraukan apapun pokoknya tuangkan sampai habis.. bis.. bis. Baru setelah selesai ( mentok ). Baru baca kembali untuk melakukan self editing sederhana.
Luangkan waktu, dan teruslah menulis. Sampai menulis itu menjadi suatu kebiasaan.
Dan anda akan menjadi manusia langka ? .[]

(Sumber http://kursusmenulis.blogspot.com/search/label/membangkitkan%20roh%20menulis)
(diambil : di http://elmudunya.wordpress.com/2011/05/28/bisa-menulis-anda-manusia-langka/#more-2505)



Pers Mahasiswa


Sederhananya, jika pers mahasiswa ingin bergerak dengan ‘tersadar’ (dan bermanfaat) sebagai bagian tidak terpisahkan dari rakyat dan masyarakat, diperlukan perumusan-oleh-dirinya-sendiri semacam paradigma yang tak hanya mengekor pada pers umum dan tidak melulu bicara di tataran teknis-mekanis-praktis. Sudah selayaknya hal ini ditempatkan lebih pada ranah filosofis sebagai bantuan sekaligus pagar dimana dia dapat bereksploitasi, dan berkreasi, dengan batas-batas yang dibuatnya sendiri. Kalau memang konteks hari ini menuntut pers mahasiswa untuk mengkritik atau bahkan menghancurkan rejim, sudah menjadi keharusan bagi pers mahasiswa untuk melaksanakannya dengan landasan dan bentuknya sendiri. Karena wilayah etika dan kepatutan, apalagi diranah pers mahasiswa bukanlah sesuatu pembicaraan ‘baik-buruk’ atau ‘benar-salah’, namun lebih pada bagaimana menuju kesesuaian dengan dirinya sendiri, tentu saja dengan melihat diselilingnya.

(sumber : majalah mahasiswa universitas jember : tegalboto)

Minggu, 15 April 2012

Ketidakpedulian


Mahasiswa seharusnya malu jika sampai bangkotan hampir lulus kuliah tidak mengenal pemikiran yang banyak terjajakan, mirip orang yang sedang berjalan dipasar malam, dikampusnya. Enak menjadi seorang yang tidak tahu apa-apa dan hidup sebatas aksi dan reaksi sebuah perbuatan. Apatis. Tahukan jika apatis itu sebuah kejahatan juga? Membiarkan sebuah kejahatan adalah bagian dari kejahatan itu.
Apatis, tidak peduli dan tidak mau tahu lebih jahat lagi. Air pun memberikan efek yang lebih menyedihkan ketika dia tidak diperdulikan. Dalam bukunya The True Power Of Water, Masaru Emoto memberikan penjelasan, dalam percobaan ilmiah yang dilakukan pada air, bahwa kristal air yang ditaruh didalam semacam gelas dan tidak ditempelkan tulisan apa-apa bentuk kristalnya lebih menyedihkan daripada air yang diberi tulisan ejekan digelas kaca yang lainnya. Ketidakpedulian adalah kejahatan yang kejam.

(sumber : anomali : chio : -anakanak badaiotak- : jangan sadarin mahasiswa)

Sabtu, 14 April 2012

PANAS

                                                                           PANAS


“Panas, panas” ujar salah salah satu dosen fe unlam yang lewat disampingku saat shalat jumat selesai dan pulang menuju tempat masing-masing. “panas pak,” balasku sekenanya. Lantas aku berpikir, yaa sekarang ini zaman ini dan ditempat ini dari mulai aku menginjakkan kaki disini dikota ini sudah mulai panas pengap luar biasa.

Dulu dikampungku itu, sangat asri, sangat sejuk dan sangat dingin, aku suka jalan-jalan subuh sehabis mengaji ditempat guru dikampungku, dengan berkeliling bersepeda, indahnya pagi begitu sangat terasa dan siangnya pun masih damai dan alami. Jadi teringat masa kecil dikampung hehe. pohon-pohon masih rindang, dan area halaman pun masih sangat luas, sehingga sangat memungkinkan anak-anak kecil dan akupun kecil selalu asyik bermain dari tempat ketempat lain. Main gambar, kelereng, batutui biji para, aku jadi sering kehutan yang rindang bersama kawan-kawan sekedar mencara undas, dan sesekali memanjat pohon untuk melihat pemandangan dan merasakan angin yang sepoi-sepoi yang mampu membuatku sakit perut saking nikmatnya angin alam.

Pagi selalu disambut dengan embun yang menyegarkan dan udara yang bersih. Namun kini kampungku tak seperti dulu lagi, sudah mulai membara, memanas dan tak berembun pada pagi hari. Apalagi dikota ini. Kalian tau apa penyebabnya?.....
Kalau kalian tau tulis saja sendiri...!!!!!

BANJARMASIN, JUMAT, 13 APRIL 2012
14 : 07 AM
Buat eL

Apakah aku sedang jatuh cinta?
Tanyaku pada bayang diri
Yang menua di dunia dasar cermin
Ialah dunia, satu-satunya dunia
Yang masih bebas dari benda-benda
Tanpa mesti kehilangan warna
    Barangkali aku akan terus
    Mengulang tanya
    Andai tiba-tiba cuaca tidak menjadi
    Semacam kebimbangan dan ketidakpastian
    Yang sungguh terasa kekal
Sendiri, seperti lidah api
Ketika meruncing lentur
Tiap di hembus angin
Ku biarkan pertanyaan-pertanyaan tentangmu
Jadi rahasia bagi hatiku
Jadi sajak-sajak
Yang memilih enggan meninggalkan jejak
Kita, Cuma jeda di sela banyak tanda

21 : 39 PM

Jumat, 13 April 2012

ANAK KUCING YANG DITINGGAL IBUNYA

                ANAK KUCING YANG DITINGGAL IBUNYA



Apa tidak kasian yaa, dia masih kecil, masih lemah, dan menurutku dia belum bisa apa-apa, belom beberapa lama dia sudah ditinggalkan oleh sang ibu, dia sendiri, dia mencari makan kemana? Dia kesana kemari tidak jelas, kadang dia tidur melepas kelelahannya, kadang dia bermain dengan sesuatu yang bergerak, kadang tingkahnya lucu melihat sesuatu yang bergerak, kalau didekati dia marah, bahka disentuh pun tidak mau, padahal tidak untuk menyakiti. Dia makan ditempat sampah sisa makanan, yang perhatian dengannya pun hanya sedikit, dia sering diusir, ibunya tak peduli lagi, kalau bertemu dengan ibunya dia disambar dan dimarahi ibunya. Dia tak punya apa-apa, cita-cita juga tidak ada, tujuan hidupya tidak jelas, baginya mendapatkan makanan hari ini adalah sebuah kesyukuran yang luar biasa. Dan tidur adalah pekerjaannya. Namun anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya adalah siapapun yang memandangnya, memeliharanya akan merasakan keceriaan, tertawa lucu dan menggemaskan, dan tingkahnya selalu membuat suasana hati riang. Dia adalah se ekor anak kucing yang ditinggal ibunya.

Terinspirasi dari anak kucing yang aku lihat
Jumat, banjarmasin, 13 april 2012
14 : 21 am

Kamis, 12 April 2012

Butiran Hujan

Butiran Hujan


Butiran hujan yang tak kau kunjung maknai disetiap gerakmu
Sebab ia senantiasa berujung pada kesalmu
Kesal pada dingin yang selalu mengikatmu
Dan karena itulah kau tak ingin memaknai hadirnya
Tiap kali butir hujan itu deras turun dari atap rumahmu
Kau selalu menolehkan muka ke arah lain
Agar kau tak melihat gambaran kesedihan
Yang terpendam dalam bunyinya
Bunyi yang jatuh bertimpa dengan kulit tanah
Kembali kau menutup pintu hatimu

22 : 11 PM

Hari ini Mengasyikkan ^_^

                                                              Hari ini Mengasyikkan ^_^



Pusing, ya hari ini cukup memusingkan kepalaku, semua serasa tergesa-gesa dalam menjalankan aktivitas huh. Dibuka dengan midtes perilaku keorganisasian, soal 4 saja, open book lagi okelah, tapi jawabannya lumayan menguras otak dan pikiran, pakai buku saja sudah segininya apalagi ga pakai buku ah pasti gelabakan, tapi kalo yah enjoy-enjoy saja dengan keadaan, tapi serius ga ketinggalan, jadi serius tapi enjoy. Siiiiip
Mata kuliah kedua studi kelayakan bisnis, aduuh ini matkul setiap kali masuk aku selalu mengantuk payaah, sudah didepan duduknya tetap saja kantuk menyerangku, hedech...dengan berat aku beranikan diri untuk keluar ruangan,,eiiit bukan untuk membolos tapi nyuci muka lah biar kantuknya kabuur, al hasil weleh weleh kantuknya hinggap lagi. Ckckck
Lain lagi mata kuliah yang ketiga ini, emmm asyik rame-rame dosennya, bisa membuat suasana menjadi cair dan malah lebih akrab, wah temen-temen pada antusias dalam mengikuti perkuliahan, diajak untuk berpikir sistem perekonomian apa yang paling cocok untuk kalimantan selatan. Tapi aku tetap saja diserbu yang namanya kantuk, tapi sedikit saja sich cuman mata saja kepengen tidur di matkul perekonomian indonesia. Hehehe
Nahh yang terakhir mata kuliah pengantar aplikasi komputer atau yang sering kita sebut aplikom, luar biasa sekali, apaa ruangannya hangat bro mantap kan hahaha...ruangan ini nih kalau ga pandai-pandai dosennya yang mengendalikan bisa kacau penumpang mahasiswa, aku saja beberapa kali ditabrak kantuk. Tapi kali ini dosennya emmm lumayan lah bisa mengendalikan kelas...dan kesalnya absenku selalu yang terakhir. Wkwkwk

                                        Banjarmasin, Kamis, 12 april 2012
                                                            17 ; 51 pm

Rabu, 11 April 2012

Kampung Halaman

Kampung Halaman


Dimana pipit bernyanyi merdu
Menggoyang batang padi mengemas
Bermain-main antara rundukan padi
Yang mulai memberat
    Dimana hamparan padi menguning
    Gemercik mina disela-sela petak
    Syahdu suling anak gembala
    Duduk merenung dipunggung kerbau
Dimana permadani hijau membentang
Rimba menghiasi gunung tinggi menjulang
Sebagai jantung dunia tak berdentang
    Dimana malam gelap gulita
    Hitam kelam hanya purnama
    Sepercik cahaya sebagai pelita
    Teriakan burung hantu membahana
Dimana lukisa alam bukan khayalan
Surya terbenam di ufuk kemilau
Padi terhampar luas mengemas
Deras jeram mengalun damai
Nyanyian suling anak gembala
Menyatukan alam kesyahduan
    Dimana pundakku terlahir muda
    Menghirup nafas alam dunia

10 april 2012
9 : 21 pm



semakin lupa dan jauh dari Tuhan

Kian hari, kian lama aku merasa hampir terasa jauh dari Tuhan, aku yang kini sangat berbeda jauh dari aku yang dulu, ah sebuah pilihan dan perjalanan yang sangat melelahkan selama ini, godaan hampir ada disetiap lini datang silih berganti. Berulang setiap hari
Baca al quran hampir tak pernah lagi, amalanku pun hilang begitu saja digeser oleh aktivitas-aktivitas yag sangat melelahkan dan bagiku hanya dunia saja, bagi yang perpandangan sempit. Mencium tangan seorang gurupun hampir tak pernah lagi.
Dosa-dosa semakin bertambah, pandanganku banyak disuguhkan hal-hal yang tak karuan, ahh mau jadi apa aku disini dan didunia ini.
Namun hati kecilku melawan, melawan untuk bisa bangkit dari kondisi yang semakin aneh dan carut marut ini, yang benar bisa saja salah, dan yang salah bisa menjadi benar, memusingkan hedecch....
Hati kecilku mengingatkan bahwa aku masih ingat dan sadar bahwa diriku semakin lupa dan jauh dari Tuhan. Dan apa yang harus aku lakukan...yaa melakukan sekarang untuk tak lupa lagi dengan Tuhan....>>>>>>

rabu 11 april 2012
19 : 12 pm