Satu
wilayah adalah dunia indra, yang mengenainya kita hanya dapat mempunyai
pengetahuan yang tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indra
kita. Di dunia indra ini “segala sesuatu berubah” dan tidak ada yang permanen. Dalam
dunia indra tidak ada sesuatu yang selalu ada, yang ada hanyalah segala sesuatu
yang datang dan pergi.
Wilayah
yang lain adalah dunia ide, yang mengenainya kita dapat memiliki pengetahuan
sejati dengan menggunakan akal kita. Dunia ide ini tidak dapat ditangkap dengan
indra, tetapi ide (atau bentuk-entuk) itu kekal dan abadi.
Manusia
adalah makhluk ganda, kita memiliki tubuh yang “berubah” yang tidak terpisahkan
dengan dunia indra, dan tunduk pada takdir yang sama seperti segala sesuatu
yang lain di dunia ini—busa sabun misalnya, semua yang kita indrai didasarkan
pada tubuh kita da karenanya tidak dapat dipercaya. Namun kita juga memiliki
jiwa yang abadi—dan jiwa inilah dunianya akal. Dan, karena tidak bersifat
fisik, jiwa dapat menyelidiki dunia ide.
Bahwa
jiwa telah ada sebelum ia mendiami tubuh. Tapi begitu jiwa bangkit dalam tubuh
manusia, ia telah melupakan semua ide yang sempurna. Lalu, sesuatu mulai
terjadi. Sesungguhnya, proses yang luar biasa dimulai. Ketika manusia menemukan
berbagai bentuk di dunia alamiah ini, suatu ingatan samar-samar menggerakkan
jiwanya. Dia melihat seekor kuda—tapi kuda yang tidak sempurna. Penglihatan atas
kuda itu sudah cukup untuk membangkitkan dalam jiwanya ingatan yang samar-samatr
tentang kuda yang sempurna, yang pernah dilihat jiwa di dunia ide, dan
menggerakkan jiwa dengan suatu kerinduan untuk kembali ke tempatnya yang
sejati. Kerinduan ini eros—yang berarti cinta. Maka, jiwa mengalami kerinduan
untuk kembali pada asal-usulnya yang sejati. Sejak itu tubuh dan seluruh dunia
indra dianggap tidak sempurna. Jiwa rindu untuk terbang pulang dengan
sayap-sayap cinta ke dunia ide. Ia ingin dibebaskan dari belunggu tubuh.
Tidak
semua manusia membiarkan jiwanya bebas untuk memulai perjalanan ke dunia ide,
kebanyakan orang bergantung pada bayanga ide di dunia indra. Mereka melihat
seekor kuda—dan kuda yang lain. Namun, mereka tidak mengerti bahwa setiap kuda
itu hanyalah tiruan yang buram.
Jika
kita melihat sebuah bayang-bayang, kita akan mengira bahwa pasti ada sesuatu
yang menimbulka bayang-bayang itu. Kita bayang-bayang seekor binatang. Kita kira
itu mungkin seekor kuda, tapi kita tidak begitu yakin, kita berbalik dan
melihat kuda itu sendiri—yang tentu saja benar-benar lenih indah dan lebih
tegas bentuknya daripada bayang-bayang kuda yang kabur. Semua fenomena alam itu
hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal. Tapi kebanyakan orang
sudah puas dengan kehidupan ditengah bayang-bayang. Mereka tidak memikirkan apa
yang membentuk bayang-bayang itu. Mereka hanya mengira bayang-bayang itulah
yang ada, tanpa pernah menyadari bahwa bayang-bayang tersebut, sesungguhnya
hanyalah bayang-bayang. Dan dengan begitu, mereka tidak mengindahkan keabadian
jiwa mereka sendiri. (dunia sophie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar