Bunuh
diri sering kali dibicarakan dalam kaitannya dengan moral, dibicarakan untuk
dinilai, diputuskan salah, atau diberi pembenaran. Tema moral inilah yang
selama ini mendominasi pembicaraa, alasan untuk mengutuk, membenarkan, atau
bahkan menyanjungnya, kemudian dicari dari latar atau motif yang mendorong seseorang
untuk mati dengan tangannya sendiri.
Dalam
hal ini, yang jadi pokok persoalannya bukanlah kematian orang yang
bersangkutan, melainkan keputusannya yang mengakhiri hidup. Apakah dapat
dibenarkan atau disalahkan jika seseorang memutuskan untuk membunuh dirinya
sendiri? Atau atas alasan apa kita bisa mengutuk, memaklumi, bahkan membenarkan
keputusan seseorang untuk melakukan bunuh diri?
Kita
hanya mempercakapkan bunuh diri dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Dan berusaha
menjawabnya dengan menilai bahkan menghakimi hidup seseorang yang melakukannya.
Pada akhirnya, penilaian kita hanyalah pengungkapan verbal rasa simpati atau
entipati terhadap peristiwa dan pelakunya lantaran sebagian orang sudah
demikian percaya bahwa bunuh diri tercela dan tak boleh dilakukan, apapun
alasannya, dan bagaimanapun situasinya, sementara sebagian lain menganggap
bahwa kematian tentunya masih lebih baik daripada hidup menderita dan semakin
menderita dari hari ke hari. Alasan yang mendasari sikap mengutuk atau
membenarkan itu sendiri tidak pernah diperiksa.
Pelarangan
atas bunuh diri seringkali diturunkan dari keyakinan bahwa hidup dan mati
adalah urusan Tuhan. Adapun pembenarannya hampir selalu diturunkan dari gagasan
bahwa sebagaimana hidup, mati pun merupakana hak setiap orang sebagai individu
otonom. Dalam hal ini, hidup dan mati lebih dipahami sebagai hak milik orang
per orag sehinggan keputusan untuk bunuh diri sepenuhnya dikembalikan kepada
individu yang bersangkutan.
Orang
lain boleh saja mempengaruhi dan mencegah seseorang menjalankan haknya
tersebut, tapi tak seorangpun boleh mengambilnya. Tak seorang pun punya hak
untuk memaksanya melakukan atau tidak melakukan tindakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar