Jumat, 21 Juni 2013

Selamat Ulang Tahun





Hei, aku sedang menebak-nebak, kira-kita prosesi apa yang tengah kamu siapkan untuk hari ulang tahunmu. Apakah kamu selalu tergila-gila terhadap prosesi? Segala sesuatu harus dihantarkan dengan sempurna dan terencana. Perayaan dan peringatan menyesaki kalender kita sepanjang tahun, dan tidak pernah kamu bosan, bahkan kamu semakin ahli.

Malam ini maukah kamu menantangku berhitung dengan stop-watch. Teleponku akan berdering tepat setangah jam lagi. Sungguh, kamu sudah hebat sehebat itu. Menjadi pemimpin. Janjimu adalah matahari yang terbit dan terbenam tanpa keliru.

Sambil menunggu izinkan aku berkelekar mengenai kamu, hujan dan sayap. Sejak keberadaanku di sini, kamu selalu saja terobsesi dengan mahkluk yang bernama hujan, atau barangkali makhluk yang bersayap. Kamu percaya bahwa manusia hujan itu adalah makhluk termulia. Karena ia akan membeningkan seluruh isi dunia.
Aku ingin percaya kamu cukup cerdas untuk tidak mencoba terbang kemari. kalaupun itu bisa terjadi, aku khawatir kamu akan mati kedinginan di jalan.

Dengan caramu mengagungkan momentum, kamu membuatku ikut percaya betapa sakralnya tiup lilin atau tiup terompet yang akan jatuh tepat pada waktunya. Kamu membuatku percaya ada poin tambahan jika memperlakukan hidup seperti arena balap lari.
Namun, imanku pada arena itu luruh dalam satu malam karena kegagalanmu mencapai garis finis. Lihatlah detik itu, jarum jam itu, momentum yang tak lagi berarti di detik pertama kamu gagal mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan...lima menit yang lalu...

Aku tidak tau kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serbaseluler ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya bicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal.

Atau mungkinkah ini akan jadi salah satu tanda kiamat kecil yang orang lain ramai gunjingkan. Tentang manusia perempuan dan laki-laki. Dan kalau mereka mau menengok sejarah manusia ribuan tahun terakhir ini.

Tidakkah tanda semacam itu sudah apkir, klise, dan kiamat harus menyiapkan tanda-tanda baru bila masih ingin jadi hari yang paling diantisipasi, dengan misalnya mengadopsi yang terjadi malam ini? Malam dimana kamu terlambat mengucapkan apa yang harus kamu ucapkan...satu jam yang lalu...

Suatu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya manusia bisa menyukai hujan dan punya sayap selain lempeng besi yang didorong mesin jet, saat kamu berhenti percaya hidup lebih bermakna bila ada wasit menyalakkan aba-aba 1,2,3, kamu boleh terus percaya bahwa kemarin...besok...lusa...dan hari-hari sesudah itu...aku masih di sini. Menunggu kamu mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan...berjam-jam yang lalu.

to : 10 agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar