Pesan ini
akan tiba kepadamu
entah
dengan cara apa.
Bahasa
yang kutahu kini hanyalah perasaan.
Aku
memandangimu tanpa perlu menatap.
Aku
mendengarkanmu tanpa perlu alat.
Aku
menemuimu tanpa perlu hadir.
Aku
mencintaimu tanpa perlu apa-apa.
Karena
kini kumiliki segalanya.
Kupandangi
langkahmu yang ringan dan tampak seperti melayang,
berjalan
dengan irama konstan.
Engkau
tak seperti orang yang berjalan di atas pasir,
yang
kebanyakan tampak berat dan canggung.
Barangkali
karena telah ratusan kali kau lakukan itu,
menyendiri
di tepi pantai,
menyusuri
garisnya seperti mengurut urat laut.
Tapak
kakimu sudah tahu bagaimana bersahabat dengan pasir yang kadag menggembung dan
kadang mengempis dimainkan napas ombak.
Matamu
mencari bola merah yang disembunyikan arakan awan mendung.
Sesekali
kau buang pandangan ke arah lain,
sekedar
menyakinkan kau tak sendiri di dunia ini,
karena
seringnya engkau berharap demikian.
Sesekali
pula kau buang pandangan ke belajan langit di bahu kananmu,
yang
berwarna-warni antara ungu, biru, dan abu,
yang
menggetarkanmu sama hebatnya dengan bola merah yang kau telisik sejak tadi.
Pesan itu
akan tiba kepadamu, bathinku.
Namun
entah dengan cara apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar