Jumat, 29 Juni 2012

Kesederhanaan


Kesederhanaan adalah suatu hal dimana semua menjadi apa adanya, tidak ada keterpaksaan, tidak ada pasrah, tidak ada penyerahan, semua murni apa adanya tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Sederhana itu sangat indah sekali, sederhana itu nikmat, sederhana itu melegakan, sederhana itu keterbukaan, tidak mengikat dan juga tidak lepas, ada ikatan yang terjalin yaitu ikatan emosional.

Banyak orang yang tidak menyadari betapa pentingnya  sebuah kesederhanaan, dunia yang sekarang serba konflek dan serba instan. Kesederhanaan lambat laun ditinggalkan sehingga berganti dengan formalitas. Formalitas yang mengatur dengan kemewahan, formalitas sementara dan ujungnya hanya sementara, hanya saat itu saja.

Maka diperlukan sebuah kultur yang akan kembali menghidupkan itu kesedehanaan, yang ini hanya bisa diciptakan dari hal yang kecil, dimulai dari hal yang sederhana, berkali-kali dan menjadilah sebuah kederhanaan yang begitu kuat.

Inilah halnya yang dilakukan oleh perhimpunan pers mahasiswa dewan kota banjarmasin (ppmi dk banjarmasin) mempererat, mempersatukan, menjalin hubungan dengan lpm melalui sebuah kederhanaan. Kesederhanaan dalam berkumpul, kesederhanaan dalam menjalankan tugasnnya. Kesederhanaan yang mampu memberikan semangat. Apa adanya namun menghasilkan sesuatu yang tak bisa di anggap remeh-temeh.

Semua menjadi pekerjaan rumah ppmi dk banjarmasin yang akan berganti kepengurusan dalam h-13 menjelang muskot ke-2 ppmi dk banjarmasin. Diharapkan kedepan dikepengurusan barunya akan mampu membawa kesederhaan kedalam sebuah perhimpunan yang semakin solid, semakin mengikat dan semakin kuat.

Ppmi dk banjarmasin telah menemukan ruang di hati para lpm, lpm dan ppmi sangat erat sekali hubungannya, lpm adalah fundamental ppmi, oleh karena itu lpm harus memerlukan sebuah perhimpunan untuk bersama-sama bergerak dan ppmi juga harus memerlukan lpm untuk berhimpun, berhimpunan untuk melakukan pergerakan.

Dan sekarang diakui atau tidak ppmi dk banjarmasin menjadi kuat karena kesederhanaan. Yang menyatukan kita bukan formalitas tetapi sebuah kesederhanaan.

Selasa, 26 Juni 2012

Seharusnya Damai Saja


Banyak mahasiswa yang ujian saat duduk selalu gelisah, ada banyak hal mengapa mengapa mahasiswa gelisah. Tidak bisa menjawab dan berharap dengan bantuanyang pada akhirnya tengok sana-tengok sini. Membuka kerpean, paisan, catatan kecil atau membuka hp agar tidak ketahuan, maka tengok sana-tengok sini lagi dan hal ini yang mendasari mengapa mahasiswa menjadi gelisah saat  duduk sikursi panas, kursi pertarungan pikiran dan pengetahuan untuk menjawab untuk sesuatu yang dianggap benar, kursi ujian yang akan menentukan nilai matematis, dan kita tidak tau apakah berdampak dengan nilai-nilai moral perilaku mahasiswa.

Sangat disayangkan sekali, ini budaya yang dilakukan berkali-kali sehingga enggan abai untuk ditinggalkan dan dirubah. Mahasiswa yang seperti ini boleh aku katakan adalah mahasiswa yang tidak tau dan tidak mempercayai dengan kemampuannya sendiri. Ironis sekali ini tlah menjadi zo kenyamanan bagi dirinya padahal ia tau itu adalah adalah salah.

Maka orang-orang yang berpikirlah yang akan sadar apa yang telah ia lakukan itu adalah kenyamanan. Orang-orang berpikir akan selalu mencari dan tidak akan puas sebelum ia menemukan.

Jadi apakah gelisah itu salah?
Seharusnya tenang dan damai
Diruang 2, 20 menit lagi habis waktu

Senin, 25 Juni 2012

Membaca, Berdiskusi, Menulis dan Menyampaikan.


Ternyata kekuatan membaca, berdisksi, menulis kemudian menyampaikan yang aku lakukan selama ini sangatlah bermanfaat. Aku ingin berbagi : membaca, berdiskusi, menulis kemudian menyampaikan memiliki kekuatan, mungkin ini salah satu dari banyak kekuatannya yaa.

1.    Mampu berpikir secara sistematis ; artinya segala keputusan yang akan kita keluarkan atau kita ambil itu melalui sebuah proses yang matang sehingga kita siap dengan segala konsekuensinya.

2.    Mudah mengingat sesuatu ; misalnya dalam menjawab soal ujian, apa yang telah kita baca sebelumnya akan melekat dalam otak kita karena kira sering membaca.

3.    Mudah dalam menuangkannya ; membaca tanpa disertai dengan menulis belumlah cukup, membaca merupakan proses untuk menyaring melalui otak kemudian dituangkan sehingga menjadi tulisan.

4.    Mudah memahami sesuatu ; dengan banyak membaca maka pengetahuan akan luas, apabila kita dihadapkan dengan sesuatu yanh rumit maka otak akan mudah memahami akibat banyak membaca

5.    Mudah menyampaikan sesuatu ; entah itu tersurat atau tersirat dengan banyak diskusi kita akan terlatih dalam menyampaikan sesuatu tentunya dengan bahasa kita sendiri.

Jadi ayoo kita budayakan gemar membaca, berdiskusi, menulis dan menyampaikan.
Berbagi itu menyenangkan, jadi jangan enggan untuk berbagi
Semoga bermanfaat  ^_^
Diruang 6, menunggu waktu ujian manajemen koperasi dan ukm selesai

Kamis, 21 Juni 2012

E Atau D


Semua lagu yang ada di laptopku aku pilih lagu-lagu penyemangat, aku mulai lagu yang aku dengarkan dari gigi-sang pemimpi waaw keren. Tau ga kawan kenapa saat ini aku memilih lagu-lagu penyemangat biasanya aku selalu mendengarkan lagu yang menostalgiakan aku kedunia yang aku sukai dan aku kenang. Kali ini aku benar-benar diuji kesabaran diri. Aku tak masuk satu mata kuliah didalam final test perilaku keorganisasian, dan anehnya aku aktif diorganisasi. Tidak sesuaikan mata kuliah perilaku keorganisasian aku ga masuk. Ini human error kawan, kesalahanku sendiri. Aku salah jadwal.

Paginya aku sangat santai sekali, pagi seperti biasa-biasanya, tak banyak pikiran padahal ada saja yang aku pikirkan. Karena jadwal yang aku lihat itu hari sabtu, jadi aku final hari sabtu untuk mata kuliah perilaku keorganisasian. Aku lapar dan aku memutuskan untuk mengambil uang di ATM untuk makan dikantin kampus. Tidak tau sama sekali. Aku makan nasi kuning, dengan minuman kopi es plus pisang goreng. Santai sekali tanpa beban. Makananku habis dan aku melihat orang-orang yang aku kenal keluar dan menuju kantin.

“bos final apa tadi,” aku bertanya. “perilaku keorganisasian?,” heeeeeiii aku terkejut namun berusaha tenang dan seolah-olah biasa-biasa saja, aku bergegas bayar dengan uang 50ribu. “nati saja bayarnya,” kata ibu kantin. Aku langsug berlari keruang sekre jurnal kampus mengambil senjata, senjata yang hanya boleh dibawa saat pertarungan pikiran dikelas. Aku menuju ruang dua dengan berlari tenang dan aku gelabakan menacari no berapa dudukku. “elhami kenapa ga masuk?” suara vitha memanggilku. “no berapa aku vit,” aku main kacau namun tenang lagi “no 14 elhami ruang 2,”. Aku membuka pintu dengan tenang dan sesantai mungkin.

“boleh masuk bu,” tidak bisa, tapi kan waktunya masih ada bu,” “kan sudah ada yang keluar,” yaah aku keluar duduk dibangku menunggu panitia ujian keluar. Dan aku anggap semua ini seolah-olah bukan masalah. Aku mangais-ngais masa lalu. Ternyata aku baru pertama mengalami hal ini. Seperti inikah rasanya. Tidak ikut final test.  Setengah jam aku termenung saja dibangku, apakah bisa disusul. Aku berujar tugas apapun yang dikasih dosen yang bersangkutan pasti akan aku laksanakan. Tenang kawan, ini bukan akhir

Lagi-lagi aku meneropong kedepan, waah nilaiku semester ini bisa turun huuuuh aku menghela nafas agar semua beban ini hilang seiring hembusan nafasku. Sesudah semua kelas kosong dan hampa dengan orang-orang hanya dua panitia yang sibuk mengumpulkan kertas-kertas yang sepertinya berharga yang berasal olah pikiran manusia. Yaa kertas itulah yang akan menjadi nilai matematis dan kertas itu tidak bisa menentukan apakah itu jujur atau tidak. Kertas itu hanya bukti, kertas itu hanya simbol sebuah pendidikan sekrang ini.

Aku bertanya lagi apakah bisa disusul ibu, tidak tau kamu tanya pak saleh ketua panitia. Jawaban yang seadanya menandakan bahwa final test itu seolah penting dan apakah tidak bisa digantikan. Ada benarnya karena itu hanya pengawas ujian. Tak berlama-lama aku mengejar lari mencari orang no 4 dikampus ini yaa pak saleh. Bolak balik aku keatas dan kebawah, akhirnya aku berhenti diruang 4.
Pak ulun mau melaporkan bahwa ulun tidak masuk ujian apakah bisa disusul. Alasan kamu apa dulu. Ulun salah nulis jadwal pak. Kalau itu sudah harga mati tidak bisa disusul kecuali kesalahan dari fakultas. Beberapa kali aku menanyakan dan akhirnyaa aku yakin, aku yakin semua ini tidak bisa diulang. Terima kasih pak aku meninggalkan dengan tenang, tenang menerima takdir ini.

Ini sebagai momentum perbaikan diriku. Entah ini ujian atau memang ada sesuatu dibalik ini aku tak peduli. Aku serahkan nilaiku pada Allah, karena aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk nilaiku, hanya saja dipertarungan ini aku absen. Hei kawan, kamu ingatkan apa kata penceramah di isra mi’raj kemarin “semua yang bisa diukur dengan nalar ukurlah, tapi apabila ada sesuatu yang tidak bisa diukur denga nalar, serahkan lah semua pada Allah” aku rasa ini ada hubungannya dengan keadaan diriku sekarang dan apa yang aku alami sekarang. Final test yang  bisa diukur dengan nalar akhirnya aku patahkan sehingga aku tak menggunakan nalar. Pastilah nilainya E atau D hehe.

Rabu, 20 Juni 2012

Memaksimalkan Jurnal Mahasiswa


Oleh: Fathul Jamil
   
SEJATINYA sudah ada geliat positif dari beberapa mahasiswa untuk memproduksi jurnal di kampus. Pengalaman penulis aktif mengelola Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), setidaknya ada beberapa produk jurnal yang sudah diterima oleh LPM. Hanya saja jumlahnya kalah jauh dibanding majalah atau tabloid.


Dengan dikeluarkannya surat edaran Mendikbud mengenai kewajiban publikasi karya ilmiah, pada prinsipnya memberikan angin segar bagi LPM untuk memaksimalkan produk jurnal, baik dari segi kuantitas jenis media maupun kualitas isi atau tulisan.    

Selama ini, produk yang dihasilkan LPM terkesan seragam. Hampir semua LPM di beberapa Perguruan Tinggi (PT) menghasilkan produk berupa majalah atau tabloid.

Hanya sedikit LPM yang sudah menghasilkan produk berbentuk jurnal. Misalnya, Jurnal Edukasi IAIN Walisongo Semarang, Jurnal Justisia IAIN Walisongo Semarang, Jurnal Cakrawala Universitas Muhammadiyah Magelang, dan Jurnal Skema Universitas Airlangga Surabaya.

Melalui LPM, mahasiswa dapat belajar tentang jurnalistik. Sebab LPM merupakan wadah bakat minat mahasiswa di bidang penulisan. Di samping itu, LPM juga mempunyai produk atau media untuk mengaktualisasikan hasil tulisan dari mahasiswa.

Dalam undang-undang Nomor 40 tahun 1999 pasal 33 dijelaskan bahwa LPM mempunyai fungsi sebagai wahana komunikasi massa. Sebagai penyebar informasi kepada mahasiswa. Selain itu juga  mempunyai fungsi sebagai media pendidikan mahasiswa.

Mencermati undang-undang tersebut, sejatinya LPM bukan sekadar sebagai alat untuk menyampaikan informasi di seputar kampus saja. Namun, LPM menjadi media komunikasi antara mahasiswa dan pemegang kebijakan, baik kebijakan kampus maupun kebijakan pemerintah. LPM sebagai media komunikasi, sudah barang tentu menjadi salah satu kunci pokok berhasilnya penerapan suatu kebijakan. Lewat media LPM, mahasiswa dapat mengetahui berbagai informasi maupun kebijakan. Sayangnya, saat ini produk jurnal kurang diperhatikan oleh LPM.

Banyak alasan yang memicu LPM untuk enggan membuat produk jurnal. Di antaranya LPM mengalami kesulitan dalam mengelola jurnal mahasiswa. Lantaran dalam mengelola jurnal mahasiswa, LPM harus mempunyai keseriusan dan bekal yang cukup. Selain  itu, kurangnya perhatian dari pihak kampus dan pemerintah juga menjadikan LPM kurang peduli terhadap jurnal mahasiswa.

Padahal jika LPM dapat mengelola jurnal dengan baik justru akan menambah kajian keilmuan bagi mahasiswa. Karena jurnal yang dikelola oleh LPM dikaji secara mendalam. Tentunya dengan rujukan yang  bisa dipertanggungjawabkan tingkat kebenarannya.

Perlu Dorongan

Dari situ dapat dikatakan bahwa  LPM mempunyai peran yang penting untuk menjembatani kebijakan yang dicanangkan Mendikbud. Perlu adanya arahan atau dorongan  kepada LPM untuk menghidupkan kembali jurnal mahasiswa.

Untuk menunjang itu semua, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan Mendikbud terhadap LPM. Pertama, Melakukan pelatihan kepada LPM di kampus terkait pengelolaan jurnal mahasiswa. Pelatihan itu dimaksudkan agar LPM mampu mengelola jurnal mahasiswa dengan baik, sehingga tidak ada kesulitan yang dihadapi LPM ketika membuat jurnal.

Kedua, memberikan dana bagi LPM untuk kemudahan mengakses berbagai informasi. Bagaimanapun, dalam membuat jurnal, LPM membutuhkan dana. Dengan adanya dana, dapat menunjang lancarnya LPM dalam membuat jurnal. Selama ini, beberapa LPM kesulitan dalam mencari dana. Sebab tidak ada dana dari pihak kampus  yang khusus untuk membuat jurnal.

Ketiga, Perlu pengawasan dan pemantauan. Tentunya setelah memberikan sokongan dana dan pelatihan. LPM tidak dibiarkan begitu saja. Namun, LPM tetap di pantau dan diawasi. Agar dalam pelaksanaannya LPM dapat mengelola jurnal dengan baik.

Agar dapat menjalankan peranan dan fungsinya dengan baik, terutama dalam mengelola jurnal. Maka LPM perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik dari pihak kampus maupun pemerintah. Dengan adanya dukungan, setidaknya LPM dapat lebih maksimal untuk menambah produk jurnal. Dengan demikan,  sangatlah jela tugas yang menanti LPM adalah memaksimalkan produk jurnal di kampus yang dirasa masih kurang optimal. (24)


—Fathul Jamil, mahasiswa Manajemen Dakwah (MD) IAIN Walisongo Semarang.
(sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/03/10/179800/Memaksimalkan-Jurnal-Mahasiswa)


Selasa, 19 Juni 2012

Hati Tetap Menjawab Kau Yang Paling Manis


Untukmu wahai perempuan yang berwajah anggun, siapa saja yang menyukai warna, warna yang cerah dan secerah wajahmu, manis dan sangat manis sekali. Aku tak pernah merasakan hal yang seperti ini, sebuah rasa yang entah darimana datangnya selalu saja hadir saat bersilang memadang dan lewat disamping persimpangan yang tak sengaja mapun sengaja. Tertunduk adalah kebiasaan kita berdua, dengan muka yang memelas menafsirkan apakah benci yang hadir, apakah malu yang tersirat ataukah kebahagiaan.

Benar-benar moment yang sangat aneh sekali, aku seperti kena setrum saat kau dulu mengangkat tanganmu untuk memperkenalkan diri. Saat itu aku langsung jatuh suka dan mencari-cari siapa dirimu. Dengan bersikap profesional dan disiplin membuat fostur tubuh yang ramping dan ideal sekali. Memakai jilbab yang seolah mahkota diwajahmu. Membuat semuanya nampak seperti bidadari yang turun dari langit.

Mampu menyihirku menjadi orang yang gelabakan dan tak karuan dalam menjalani segala aktifitas. Luar biasa sekali kau wahai wanita, aku tak pernah merasakan begini. Dan sampai saat ini siapa sih yang anggun dan manis, aku menjawab masih banyak darimu. Dan hatiku menjawan kau tetap termanis bagiku.

Kesalahan-kesalahan yang aku lakukan dulu mampu melegakan semuanya, dan aku mulai menata kembali segala aktifitas yang dulu berantakan karena kau. Dan akhirnya sampai sekarang dunia kita damai dan dingin tanpa sebuah suara, hanya ekspresi muka yang hadir saat kita hadir berhadapan, kemudian sebisa mungkin kita mengalihkan pandangan dan membuangnya. Hingga pada ujungnya kita hanya diam tak mau bersua.

Mengharapkanmu masih terpatri dihati, sekedar mengenang dan tak ingin melupakan. Apakah ini petanda belum saatnya, aku menunggu waktu yang pas untuk sebuah kejutan. Kau tealh banyak menginsirasi, dan kau inspirasi yang terindah wanita. Hei apakah dirimu memikirkannya juga. Aku rasa tidak.

Senin, 18 Juni 2012

Nikmatnya Keterasingan


Keterasingan atau diasingkan. Hal ini akan terjadi lumrah dan banyak apabila seseorang berlainan atau berbeda pendapat, persepsi, pandangan dari kebanyakan orang lain. Memilih jalan yang sedikit alias mayoritas dengan tetap berpegang teguh dengan pendiriannya dan pemikirannya bahwa apa yang ia nyatakan sudah sehati dengan hatinya.

Bagaimana rasanya hidup dalam keterasingan, segala sesuatu hal selalu saja bertentangan dengan pikirannya kita dan parahnya susah sekali untuk menyamakan persepsi dengan orang lain yang pada akhirnya hanya keterasingan yang kita dapatkan. Kita dijauhi, kita di bicarakan inu itu.

Sesungguhnya keterasingan itulah hakekat dari sebuah kehidupan dimana kita selalu sendiri, yaa sendiri adalah normalitas seseorag setelah selesai mengerjakan beribu aktivitas yang tak mempu membuatnya mendua. Ujung-ujungnya adalah kita selalu bersandar pada kesendirian.

Kalau ada ingin tidak diasingkan ikutilah kebanyakan pikiran orang, ikutilah dan beradalah dbelakangnya, mengikuti dan sampai pada waktunya keterasingan itu datang. Keterasingan bukanlah menjauh dari orang lain keterasingan adalah mencari jalannya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan keyakinan dan kesungguhan bahkan dengan kesabaran menerima ucapan-ucapan yang tak sedap dari orang kebanyakan.

Bahwasanya keterasingan itu menyenangkan kawan, kita bisa ber-apa saja. Kita bebas tanpa harus mengikuti orang lain, tanpa disuruh orang lain karena aktifitas yang kita lakukan berdasarkan keinginan murni dalam hati untuk betindak. Orang yang terasingkan akan mendapatkan teman dengan orang yang terasingkan pula, mereka berkumpul dan membuat sekumpulan itu menjadi terasing pula. Kesendirian yang menyebabkan keterasingan, sehingga berkumpul dengan orang-orang terasing, sehingga perkumpulan itu melakukan hal yang menurut orang banyak adalah keterasingan.

Saya yakin kalian tidak mau berada dalam keterasingan, kita lebih suka berbaur dengan orang banyak, dan itulah yang menyebabkan kita tidak menjadi unik, unik itu karena berbeda kawan. Lalu apakah kita masih mau menjadi orang banyak. Yang hanya menjadi banyak kebanyakan orang lain. Luntur, lebur dan kabur tak terlihat.

Makanya jadilah orang yang terasingkan, maka kau akan menjadi unik, menjadi berbeda dan kita akan menjadi manusia yang terasingkan dari orang kebanyakan. Selamat menikmati dan menuju keterasingan.