Kadangkala peraturan itu harus kita langgar demi sebuah sesuatu yang besar, namun hanya besar dalam keinginan dan mimpi. Yakni perjuangan dan pergerakan luar untuk mencoba melebur dari dua dalam menuju dunia luar. Aku rasa melanggar peraturan itu adalah salah satu konsekuensi dari perbuatan. Tak usah berlebihan, aku ga kemana-mana untuk melarikan diri. Dan aku sadari sekalipun aku termakan dengan perkataanku. Aku tidak akan mengulang dan menariknya, selama sementara apa yang ada dikepalaku itu benar “menyerah itu lebih penghianat”.
Aku selalu mendengar pembicaraan itu hanya teori yang tanpa disadari ternyata akhirnya hanya kembali kepada diri-sendiri. Lalu kenapa kita terlalu berlama-lama membahas itu. Oh ternyata kita akan mencari benang merahnya. Oke lah aku sepakat saja. Terlalu fanatik dengan aturan membuat kita dikekang oleh aturan yang hanya bersifat kondisional saja. Tapi agaknya bagi kita aturan itu telah kita sepakati kemarin, jadi wajar saja kalo kita berontak jikalau aturan itu dilanggar.
Berdalih untuk menjaga regenerasi mengatasnamakan taat aturan yang sebenarnya kita sendiri telah banyak melangggar aturan itu. Tapi kita terlalu naif untuk mengakui, ada ketakutan. Dan bagi saya hari ini kembali memuncak unek-unek yang panas. Seakan-akan kesalahan disalah satu pihak saja. Aku rasa kalian puas dan akupun sangat puas, kembali ku mendengarkan ceramahan teori-teori kalian yang hanya minim implementasi.
Mengatasnamakan profesional, pribadi dan kelompok selalu saja dicari celah untuk mencari kesalahan. Aku bukannya takut untuk itu, tapi ada ketidakseimbangan didalam perjalanannya. Pernah seorang bilang pemimpin itu bila mendengarkan cemohan dari anggotanya tahan dan jangan ditegok. Nikmati saja dan lepaslah seiring habisnya pembicaraannya dimulutnya. Ternyata tak mudah, coba rasakan.
Aku kebingungan dimana letaknya kesalahan itu, hampir semua mengungkapkan dan akhirnya lagi harus kita terima dan kembali bahwa diri kita sendiri yang harus disalahkan. Karena semua berawal dari diri kita jadi kembali kekita lagi. Aku sudah bukan seperti dulu lagi, namun rupanya aku selalu seperti dulu-dulu dimata orang lain. Terlalu sempit penilaian-mu. Bahwa aku sudah lebih dari itu, kita hanya belum bisa bertatap empat mata. Dan kalian takut itu, kalian hanya suka berombongan.
Sudahlah, aku tidak marah, dan akupun tidak senang. Aku hanya diam tanpa sesuai dengan suara hati. Bahwa aku akan tetap bertahan dengan prinsip yang aku yakini. Bukan menjadi diri sendiri dan orang, tapi ingin menjadi “sophie” dengan banyak membaca dan berfikir. Dan semua itu harus aku lalui dengan masalah yang selalu dianggap permasalahan, yang sebenarnya membuat aku dewasa dalam berfikir dan bertindak dan sekali lagi bukan mengatasnamakan orang lain dan diri sendiri melainkan atas hasil berproses berfikir.
*kegelisahan yang di tulis agar tidak hilang dan malang di otak saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar