Terletak di pinggir tepi danau biru kabupaten Hulu Sungai Barat, rumah tua yang hampir berumur ratusan tahun itu masih tegap berdiri. Kira-kira luas rumah tersebut separuh luas lapangan basket. Beratapkan daun kelapa, berdindingkan bambu yang sudah terlihat rapuh berwarna agak kekuning-kuningan. Dengan satu pintu di depan, dua jendela di sebelah kanan dan kiri. Di belakang rumah terdapat sumur kecil berdiameter 5.
Disekeliling rumah dipenuhi oleh rumput-tumput setinggi lutut anak-anak, di pekarangan depan ditumbuhi oleh bunga-bunga yang tertata rapi membentuk sebuah jalan setapak sampai kepintu. Didekat pintu dua sandal jepit bermerek nipon berwarna biru tersusun rapi, namun sandal bagian kiri putus.
Diatas pintu papan persegi panjang yang kira-kira berukuruan 2x3 bertuliskan No.15, Rt.05, Desa Sunyi, Kelurahan Terpencil dicetak tebal warna merah. Disebelah kanan pintu tergantung kertas kardus diatas paku payung berukuran 5x7 berwarna coklat. Semua berhuruf kapital tebal bertuliskan “dijual dengan harga suka rela hub : 081990xxxxx”.
Sekitar 3 meter dari kiri rumah tersebut ada pohon cemara setinggi orang dewasa, sebagian sudah mulai kering sehingga ranting-ranting berserakan ditanah. Sepeluh menit kemudian, seekor burung pipit hingga diranting pucuknya, dengan sambil mematuk-matuk daun. Tak lama lima menit setelah itu, burung pipit yang lain berjumlah sembilan ekor datang dari arah selatan, kesembilan burung itu menuju ranting paling bawah.
Setelah setengah jam burung-burung itu hinggap dipohon cemara, angin kencang membubarkan mereka. Terlihat awan putih bergeser ke utara, disusul dengan awan hitam yang datang dari barat. Suasana menjadi dingin dan gerimis pun turun. Matahari memancarkan cahaya merah kekuning-kuningan. Setelah 8 menit gerimis turun, tiga warna, merah, kuning, hijau muncul dilangit membentuk setengah lingkaran.
Tiga burung elang terbang melintasi pelangi dan kemudian hinggap diatap rumah tua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar